Ini adalah tulisan daku yang “kedua” (+) di Politikana setelah “Nahkoda Kapal Bocor”. Sengaja kuarsip di sini. Link asli: “Ono-ono, Kawir-kawir, Tibo”
Beberapa waktu yang lalu, kurang lebih seminggu yang lalu, saya menjumpai singkatan yang cukup menarik di sebuah artikel di harian papan tengah negeri kita tercinta. Singkatan itu adalah: Ono-ono, Kawir-kawir, Tibo. Sayangnya saya lupa mencatat pengarangnya, judul artikelnya, dan nama koran tersebut. Maklum, cuma pinjem.
Sayangnya lagi, dalam artikel tersebut singkatan-singkatan unik tersebut hanya diartikan sebagai singkatan nama-nama capres dan cawapres hasil koalisi saja. Dan dalam tesisnya tidak diartikan lebih lanjut arti dari singkatan tersebut. Mungkin penulisnya sengaja melakukannya karena kebanyakan orang telah mengerti artinya.
Namun, dalam kesempatan ini, perkenankanlah saya secara semena-mena menggunakan singkatan tersebut dan mengartikannya secara harafiah. Karena sejatinya ketiga singkatan itu mempunyai makna dari bahasa aslinya, yaitu bahasa Jawa. Dan mungkin banyak yang belum mengerti apa maksud dari singkatan-singkatan ini.
Ono-ono
Ono dalam bahasa Jawa memiliki arti “ada” dalam bahasa Indonesia. Dan ketika disebutkan dua kali, biasanya membentuk frase “ono-ono wae” alias “ada-ada saja.”
Pasangan Ono-ono (tahukan yang dimaksud?) memang terkesan ada-ada saja. Sangat kontroversial saat polarisasi partai terjadi selepas pileg beberapa waktu yang lalu. Bagaimana tidak kontroversial? Pemilihan Ono-2 oleh Ono-1 membuat sakit hati banyak partai yang awalnya komit untuk mengutub.
Namun dengan jurus “ono wae” (ada saja deh), terbukti Ono-1 mampu meningkatkan medan magnetnya sehingga beberapa partai tetap merapatkan barisan ke kutub Ono-ono.
Kawir-kawir
Hem… bagaimana ya mengartikan kawir-kawir ini? Karena sampai hari ini saya belum mampu menemukan bahasa Indonesia yang mampu secara langsung menerjemahkannya. Jadi ingat kata “kunduran” dari bahasa Jawa yang juga belum ada terjemahan bahasa Indonesianya. Hihihi…
Tapi perkenankanlah saya mencoba menggambarkannya dalam sebuah contoh. Jika ada bagian atau komponen dari sesuatu (atau bagian tubuh) yang patah namun belum terlepas sama sekali alias masih nyantol dan kemudian bergoyang-goyang atau bergelantungan, maka kita bisa menyebutkannya sebagai kawir-kawir.
Demikian juga dengan capres dari koalisi Kawir-kawir ini. Sebagai wapres periode ini yang kemudian tidak lagi dianggap, dan bahkan kemudian ada situasi yang tidak mengenakkan di dalam partainya sendiri yang seolah-olah ingin menggantikannya, maka tepatlah kiranya singkatan kawir-kawir ini dilekatkan kepada koalisi ini.
Patah namun belum terlepas sehingga nampak kawir-kawir.
Tibo
Kalau “tibo” dalam bahasa Jawa memiliki terjemahan sebagai “jatuh” dalam bahasa Indonesia. Dan rupanya singkatan tibo ini memang patut dilekatkan pada koalisi Ti-Bo ini. Bagaimana tidak? Jika periode yang lalu partainya menang namun kemudian hanya menjabat wapres dan kemudian gagal di periode ini, nampaknya beliau masih harus terpuruk di periode depan.
Justru karena personality-nya sendiri yang membuatnya tibo (jatuh). Dikenal sebagai seorang yang pendiam tapi pendendam membuatnya semakin tersudut karena banyak yang mulai mempertanyakan jiwa kenegaraannya.
Nah, kurang lebih begitulah upaya saya dalam mengartikan singkatan Ono-ono, Kawir-kawir, Tibo secara harafiah dan kemudian mengaitkannya secara semena-mena (karena subyektif sekali tentunya) kepada para pasangan capres-cawapres kita.
Tentu ini semua masih bisa dikritisi dan didebat. Untuk itulah peran forum politikana ini mengemuka. Iya tho?
thanks infonya, unik memang bahasa jawa itu