Ketika terjadi kehebohan buku “5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia” tempo hari, jadi terbesit di pikiran (hayah, kayak ngga ada lagi yg dipikirkan ya?), apakah bisa dilakukan sensor di buku? Kalau kita amati sensor di film, maka kita akan lihat blur saat ada gambar yang disensor, atau suara “tiiiit” sepanjang ucapan yang disensor. Tapi bagaimana dengan buku?
Kalau di blog sih seringkali kata yang disensor (oleh penulisnya sendiri) digantikan dengan “*” (bintang) atau karakter lain. Tapi seringkali penggantian karakter ini hanya di karakter tertentu sehingga kata aslinya masih bisa ditebak. Contohnya: “p*n*s” yang masih bisa ditebak dari kata “panas” (hayah). Atau ada juga yang diganti total 1 kata dengan bintang, misalnya “*****”. Kalau diganti total dengan bintang sih jadi tidak tertebak kata asli yg dimaksud penulis.
Hehehe… rasanya tidak ada buku yg disensor model begini ya? Yang terjadi adalah buku tersebut sama sekali tidak bisa beredar. Kalau pun terlanjur terbit/cetak ya dibakar saja. Dan tidak boleh lagi dicetak.
Tapi mengapa film dan musik masih bisa beredar walau pun dengan sensor? Adilkah?
harusnya film juga gitu tuh gak beredar 🙂
aku tidak tahu mana yang waras dan tidak dalam hal ini. makin merasa bahwa bangsa ini masih jauh sekali dari maju. :((
biar ngga kena jaring sensor, dibuat ebook saja dan upload di situs free download 🙂