Papah telah menderita kelumpuhan karena stroke selama kurang lebih 22 tahun. Ketika Papah mengeluh dan putus asa, Ibu seringkali menghibur Papah dengan berkata bahwa Papah & Ibu harus bersyukur karena diberi usia yang lanjut. Usia yang lanjut adalah suatu berkat dan anugerah dari Tuhan. Ibu juga menghibur Papah bahwa Papah harus bahagia karena bisa mendampingi semua anak-anaknya untuk sukses dan dapat mengalami kesukaan berkumpul dengan cucu-cucu.
{ Papah selalu bahagia jika ditengok cucu-cucu }
Lalu Ibu pun memberikan contoh teman-teman seperjuangan yang telah lebih dahulu dipanggil Tuhan. Demikian pula dengan teman-teman yang usianya jauh lebih muda. Bahkan beberapa tetangga di Semarang sudah lebih dahulu dipanggil Tuhan.
Belakangan Papah sangat menderita karena harus bolak-balik ke RS sehingga Papah lebih sering mengeluh. Diawali tahun 2008 ketika Papah terjatuh saat jalan sehingga harus operasi pangkal paha (aku pernah menuliskannya di blog). Dengan penuh ketegaran dan kekuatan yang tersisa, Papah dapat kembali pulih walau pun tidak sekuat dulu lagi sehingga harus banyak di kursi roda.
3 bulan terakhir merupakan masa yang sulit bagi Papah karena Papah sering bolak-balik ke RS. Papah mengalami gangguan prostat, paru-paru dan sistem pencernaan. Dengan beberapa operasi dan pengobatan yang rutin & teratur, Papah sudah mulai membaik. Beberapa kali Papah mengeluh sakit di dada kiri, namun ketika diperiksa EKG dan lain-lain, Papah tidak terindikasi memiliki sakit jantung. Mungkin sakit di dada kiri karena paru-paru yang terdapat bercak. Jadi kami tidak khawatir dengan jantung Papah.
Suatu saat Papah tersedak dan kemudian demam. Setelah diberi obat kemudian Papah membaik. Di hari terakhir papah sudah nampak pulih dan bisa makan banyak. Kami semua lega.
Jumat pagi (23/11/2012) Ibu terbangun jam 4:00 dan akan ke kamar kecil. Ibu menengok Papah dan nampak Papah tidur dengan tenang. Setelah itu Ibu kembali ke kamar tidur dan tidur lagi.
Sekitar jam 5:30 Ibu bangun lagi dan membereskan tempat tidur. Ketika Ibu menengok Papah, ternyata posisi kaki Papah sudah di pinggir tempat tidur. Seperti biasa, kalau Papah mau bangun kaki kanan Papah akan menopang kaki kiri dan membawanya turun sementara tangan kanan menopang tubuh. Namun saat itu Papah dalam kondisi rebah, hanya kaki kanan di pinggir sedangkan tangan kanan tergeletak di samping.
Sebelumnya pernah terjadi hal yang sama dan biasanya Papah akan memanggil Ibu untuk membantu Papah duduk. Tapi Papah hanya terdiam, apakah Papah tertidur lagi? Ibu pun mendekati Papah dan bertanya, “Pah, mau duduk atau tiduran?”
Namun Papah tidak menjawab. Ibu pun membantu menaikkan kaki Papah kembali ke tempat tidur. Setelah itu Ibu mencoba membangunkan Papah.
“Pah, kok diam saja?” Tanya ibu sambil mengguncang bahu Papah. Tapi Papah tidak menjawab. Ibu pun sedih dan menelpon Mas Tinon untuk segera datang. Mas Tinon datang dan memeriksa Papah. Namun ternyata Papah sudah pergi.
“Pah, kok tidak bilang-bilang kalau mau pergi? Kok tidak memberikan tanda?” Isak Ibu sambil duduk di samping Papah. Kata ART (Asisten Rumah Tangga), dia mendengar Papah berteriak “Tuhan” sambil tangan kanan terangkat ke atas, namun ART mengira teriakan itu bukan apa-apa.
Berita pun menyebar dan kami, anak-anaknya segera berkumpul.
Mbak Choco kemudian datang dan shock. Mbak Choco adalah putri kesayangan Papah. Dan Mbak Choco adalah putri yang sangat setia mendampingi Papah. Karena kelembutan hati Mbak Choco, Papah lebih nyaman jika didampingi Mbak Choco.
Papah diperiksa dokter dan dipastikan telah tiada. Papah dimandikan dan diberi formalin.
Setelah itu Neti dan aku menyusul datang. Sungguh sedih melihat Papah tiada. Tidak percaya rasanya jika Papah meninggalkan kami & Ibu.
Jam 11 Misa Arwah dilangsungkan. Setelah itu Mbakayune datang dari Tegal.
Kami semua sedih. Walau pun aku berusaha tegar dan tidak menangis, tetapi di dalam hati, rasanya tercabik-cabik. Setiap mengenang Papah, mataku selalu berlinang walau pun sudah berusaha kutahan. Aku menyadari kalau aku tidak setegar Ibu dan kakak2/adik.
Kami pun memberangkatkan Papah ke Yogyakarta dengan ambulance. Ibu, Mbak Choco & puterinya, dan adik, berangkat mendahului ke Yogya dengan pesawat. Sedangkan kami 2 rombongan mengiringi Papah lewat jalan darat.
Segala sesuatu telah dipersiapkan di sana, termasuk lokasi makam. Puji Tuhan semuanya baik. Bahkan tempat pemakaman pun sesuai keinginan Papah, yaitu di Sagan di pemakaman keluarga. Posisinya tepat di bawah makam Ayahandanya Papah dekat dengan makam Ibundanya. Semuanya tepat seperti keinginan Papah.
Hanya saja kami menyesal karena tidak dapat mengantarkan Papah kembali ke Yogyakarta di saat Papah masih sehat. Padahal Papah sudah mengutarakan keinginannya beberapa kali. Kami sendiri khawatir dengan kondisi kesehatan Papah yang tidak memungkinkan untuk perjalan jauh sehingga kami pun tidak mengusahakan Papah kembali ke Yogyakarta.
Sedih sekali menyadari bahwa kini keinginan Papah terwujud untuk terakhir kalinya dan tidak pernah kembali lagi.
Acara pelepasan, Ibadat, dan prosesi pemakaman dilangsungkan dengan khidmat. Papah dimakamkan di Sagan Yogyakarta sekitar jam 10 pagi. Kami mengiringi pemakaman dengan doa, kesedihan, penyesalan. Namun kami percaya bahwa Papah telah terlepas dari segala penderitaan selama hidupnya, terutama karena stroke berpuluh tahun. Kami tahu kalau Papah telah berbahagia di Surga bersama Yesus Kristus Sang Penyelamat.
Selamat jalan, Papah. Teriring doa dan sayang dari kami.
~~~
Terima kasih bagi saudara, kerabat, dan segenap pihak yang membantu kami dalam peristiwa ini sehingga semuanya berlangsung dengan baik. Mohon maaf tidak dapat mengucapkan terima kasih satu per satu secara langsung.
Terima kasih bagi semua yang mengiringi kepergian Papah dengan doa dan dukungan penguatan bagi kami keluarga yang ditinggalkan. Sungguh besar penguatan yang telah diberikan.
Tuhan memberkati kalian semua.
Semoga papahnya mendapatkan tempat terbaik disana ya mas
Amin. Terima kasih atas doa bagi Papah, Mbak Lidya. GBU
Papa sangat menyayangi dan mengharapkan anak-anaknya. Dan justru, aku, anak yang paling ditunggu-tunggu gak datang di malam itu hiks… 😥
Tabahkan hatimu, Mbak. Tuhan sudah lebih dahulu berkenan menjemput Papah secara langsung. Betapa damainya Papah sekarang. GBU