Saya tidak hendak membahas carut marut Ujian Nasional tahun ini. Saya cuma ingin bercerita sedikit tentang Ujian Nasional yang pernah saya alami. Dulu namanya adalah EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional).
Nampaknya UN/EBTANAS ini menjadi hal yang menakutkan bagi semua siswa, termasuk saya. Bahwa ujian yang dilakukan sekali itu saja akan menentukan nasib siswa selanjutnya. Hasil belajar siswa selama hampir 3 tahun harus dikuasai dan diujikan dalam beberapa hari ujian. Padahal saya bukan tipe siswa yang rajin belajar! Saya hanya belajar jika akan ulangan atau ujian saja. Serem kan?
Yang lebih mengerikan adalah jika dalam ujian tersebut kita gagal. Mau ditaruh dimana muka kita? (*ya ditaruh di kepala laaaah*). Dan jika orang tua kita cukup terpandang, maka kegagalan adalah sebuah aib. Belum lagi jika harus mengulang di tahun berikutnya, bisa mati gaya jika harus sekolah bareng adik-adik kelas yang imut-imut bin menggemaskan tapi setiap hari bakal mencibir kita.
Intinya adalah stress dan tekanan justru terjadi jauh hari sebelum Ujian Nasional. Malah merusak konsentrasi belajar, kan? Demi sebuah kelulusan, banyak siswa mencari jalan pintas. Pada jaman saya, sudah ada kok praktek perjokian, beli bocoran jawaban di samping contek-mencontek. Bahkan dulu saya sempat dilihatin bocorannya saat banyak teman-teman yang menyalin bocorannya sebagai bahan contekan. Syukurlah saya saat itu masih polos (*gubrak*) sehingga tidak ikut arus pencotekan. Toh kalau pun nyontek, belum tentu juga itu jawaban yang benar. Bisa saja toh si penjual bocoran ngarang? (*hehehe… menyeringai*)
Syukurlah saya berhasil melewatinya dengan baik. Baik di sini berarti saya mengerjakannya sendiri, tidak nyontek, dan tidak curang. Dibekali doa orang tua dan saudara-saudara, hasil EBTANAS saya baik, saya bisa lulus dengan nilai cukup.
Hanya saja, ternyata efek dari UN/EBTANAS ini masih terasa sampai bertahun-tahun kemudian. Saya kadang bermimpi buruk! Dalam mimpi itu saya seolah-olah akan ujian esok harinya sedangkan saya belum belajar sama sekali! Dan saya harus melahap tumpukan buku pelajaran dalam semalam. Jika tidak, maka saya akan gagal dalam ujian. Bisa dibayangkan jika saya gagal ujian besok! Bisa ditaruh dimana muka saya? (*ya di kepala donk!*) Betul-betul mimpi buruk!
Syukurlah dalam setiap mimpi buruk itu saya kemudian tersadar kalau ternyata saya cuma mimpi. Dan saya telah melalui UN/EBTANAS dengan baik. Tapi yang namanya mimpi buruk itu selalu menyebalkan! Gara-gara UN/EBTANAS saya jadi trauma!
iya, jaman saya dulu juga namanya masih EBTANAS
meskipun sekarang namanya udah ganti, tetep aja ya ebtanas/un menjadi momok anak anak sekolah
jamanku juga EBTANAS namanya mas