Makan siang kami pun usai, tibalah saatnya kami membahas masalah serius. Ping mengusulkan pindah tempat ke cafe. Saya pun mengusulkan sebuah cafe di bawah. Ping pun setuju.
Saya membawakan tas Ping lagi. Serius… ada rasa antara keberatan dan malu. Selain karena tas besarnya itu memang berat, juga warnanya itu loh… “PINK”. Mendadak saya merasa feminin.
Masih belum sirna keterkejutan saya pada Ping, kini saya tambah heran dengan Ping, karena dia memesan Coffee Latte ukuran besar plus roti. Padahal kami habis makan siang dan saya masih merasa kekenyangan. Saya hanya memesan kopi Cappucino.

“Wah kayaknya enak kue-nya.” Kata Ping saat melihat Cappucino saya yang rupanya ada kuenya.
“Silakan ambil saja kalau mau.”
“Oh oke, makasih.” Dan tanpa ragu Ping mengambilnya. Hemmm… padahal dia sudah memesan roti seporsi untuk dirinya. Baiklah, saya berpikir positif, mungkin habis ini dia nge-Gym. Atau besok pagi dia jogging entah dimana untuk membakar semua makanan yang dia makan hari ini.
“Berapa jumlah visitor hari ini?” Tanya Ping sambil menikmati kue saya. Sesekali dicelupnya kue ke Latte-nya. Nampak nikmat sekali makannya. Ping menyodorkan laptop yang diambilnya dari tas kebesarannya kepada saya. Kali ini antiklimaks, soalnya laptop milik Ping warnanya hitam.
“Laptopnya hitam.” Guman saya sambil menyalakan laptop milik Ping yang diklaim produsennya sebagai laptop tertipis di dunia. Nampaknya masih baru. Arm rest-nya masih dilapis plastik. Demikian pula bagian belakang monitor masih dilapis plastik.
“Itu laptop baru saya. Baru beberapa hari. Sayangnya tidak ada yang warna pink. Laptop pink saya sudah saya hibahkan ke adik.” Jawab Ping sambil menuangkan gula cair ke kopinya.
“Owh…” Saya pun login ke administrator blog saya.
“Ada penambahan 4,000 pengunjung.” Kata saya sambil memperlihatkan statistik blog.
“Iya, saya menambahkan traffic. Juga ke 2 blog kamu yang lain. Silakan cek.” Jawab Ping tanpa melihat statistik yang kusodorkan. Padahal saya kan pengen pamer (#hayah). Saya pun membuka situs administrator di kedua blog saya yang lain. Semuanya ada peningkatan hampir 4,000 pengunjung.
“Oh iya, semua ada penambahan hampir 4,000 pengunjung.” Kata saya sambil sekali lagi menyodorkan data statistik kepada Ping. Sayangnya Ping masih sibuk dengan rotinya. Dia sedang bereksperimen dengan menuangkan gula cair kopinya ke roti.
“Rotinya jadi enak pakai gula cair ini.” Kata Ping sambil menikmati rotinya. Dia melirik ke saya dan tampaknya menangkap raut muka terharu saya. Yaaa, saya memang sedang terharu dengan nafsu makan Ping sampai-sampai saya berpikir Ping ini baru pulang dari gurun di Afrika dan belum makan beberapa hari.
“Mau?” Ping menawarkan roti kepada saya. Saya pun menggelengkan kepala. Jujur, saya masih terlalu kenyang karena makan siang tadi.
Kemudian Ping mengalihkan perhatiannya ke saya. Waduh, jadi GR nih karena Ping memandangi saya. Mungkin dia tipe yang fokus (asal jangan fokus makan, hehehe), saat berdiskusi memandang lawan diskusinya.
“Saya punya teori. Dan saya sudah ceritakan semuanya. Rasanya saya butuh beberapa waktu untuk membuktikannya. Dan saya butuh bantuan kamu.” Oke, ini yang saya suka dari Ping. Dia selalu tudepoin (tulis: to the point). Dasarnya saya orang teknis jadi terbiasa dengan diskusi yang runut dan lurus-lurus.
“Apa yang bisa saya bantu?”
“Banyak…”
Mendadak saya curiga. Tapi saya sudah terlibat jauh pada teori Ping. Saya sudah membuktikan engine-nya. Tapi pembuktian hasil akhirnya belum. Kecurigaan saya beradu dengan rasa penasaran. Oke, lanjutkan saja.
“Oke, apa saja? Asal masuk akal dan tidak melanggar hukum pasti akan saya bantu dengan kemampuan saya.” Saya harus memiliki komitmen.
“Saya butuh akses ke server-server kamu.” Katanya sambil masih menatap saya. Mungkin dia ingin menyelidiki respons saya.
“Saya hanya punya 1 server public.”
“Kurang. Kamu bisa memanfaatkan server colo milik corporate dan ke-9 server RS.”
Mendadak saya lemas. Dia tahu semua rahasia server perusahaan. Dengan segera saya logout dari semua website administrator yang saya buka dari laptop-nya.
“Untuk colo dan ke-9 server nampaknya saya tidak bisa lakukan. Ping bisa pakai server publik milik saya pribadi. Saya punya 2 PC server pribadi yang belum terkoneksi, semua bisa kamu pakai.” Kata saya mencoba bernegosiasi. Saya tahu, di depan saya ini bukan sembarang orang, dia seorang HACKER. Dan yang menyebalkan adalah dia perempuan dan berwarna “PINK”.
“Masih kurang.” Syukurlah tatapan matanya lepas dari saya. Kini dia sibuk mengutak-atik tablet 8″ berwarna PINK-nya.
“Wah kalau begitu saya tidak bisa bantu.” Kata saya sambil menghapus history, cookie dan cache dari web browser di laptop Ping. Saya mencoba menghapus jejak di laptop Ping. Mendadak saya menyesal tidak menggunakan laptop saya sendiri. Tadi saya terkesima dengan laptop seri 9-nya yang terkenal tertipis di dunia. Jadi saya menerima saja sodoran laptopnya. Laptop Ping memang baru, bahkan plastik di arm rest-nya belum dilepas. Tadi dia bilang baru beli 3 hari yang lalu dan belum sempat di-oprek. Sebuah pembukaan yang membuat saya mempercayai begitu saja sodoran laptopnya. Dasarnya saya juga senang melihat hal-hal baru. Semoga saja jejak saya tidak ada yang tertinggal. Hiks…
“Punya teman yang bisa bantu? Saya butuh banyak server.” Tanya Ping sambil terus sibuk dengan tablet-nya.
“Ehmmm… tidak tahu deh.” Padahal saya punya teman pengelola data center. Namun saya tidak ingin melibatkan orang lain ke dalam suatu kemungkinan “masalah” yang tidak bisa saya prediksi hingga saat ini.
“Berapa Page Rank kamu? Oh iya, cuma 3 ya?” Saya cuma mengangguk. Baiklah, saya mulai merasa terintimidasi dengan angka.
“Kamu punya keinginan mencapai PR berapa?”
“Ah, saya tidak terlalu mempermasalahkan PR. Biarlah semua mengalir apa adanya.”
“Beneeeer???” Oke, nadanya menyindir. “Setahu saya, semakin tinggi PR semakin tinggi pula honor review-nya.”
Hehehe… dia tahu kalau saya menerima beberapa pekerjaan menulis review.
“Iya, tapi menulis hanya hobi bagi saya.”
“Ya-ya-ya, dengan gaji yang kamu terima saat ini, kamu tidak memerlukan usaha sampingan apa pun.”
Okeeee… sekali lagi saya merasa terintimidasi oleh angka. Tapi tunggu! Dia belum tentu tahu berapa gaji saya sebenarnya. Mungkin dia hanya memainkan teknik interogasi. Dan saya tidak perlu meladeninya. Tapi… jika saya diamkan, berarti asumsi dia benar. Jika saya memprotes pernyataan dia, berarti saya harus meladeni permainannya.
Dan saya memilih untuk diam. Bukankah besar kecilnya gaji itu relatif?
“Maaf saya tidak bisa bantu lebih dari yang bisa saya lakukan. Saya tidak bisa melibatkan server perusahaan untuk hal ini.”
“Oke, tidak apa-apa.”
Kami pun ngobrol hal lain selama 15 menit dan kami pun berpisah. Saya sengaja tidak memancing dia untuk mengetahui dari mana data yang dia peroleh. Saya mencoba tidak terpancing dan mencoba keluar dari permainannya. Saya tahu yang saya hadapi bukan orang biasa. Dia adalah hacker, wanita dan berwarna PINK. Kombinasi yang bagi saya sangat berbahaya.
PING!!!
Segera ganti password kamu. Terlalu mudah ditebak.
Saya mendapatkan pesan BBM dari Ping saat saya sedang memanasi mesin mobil di parkiran. Saya segera membuka laptop kesayangan saya. Saya buka semua situs administrator blog saya. Hanya blog ini yang bisa terbuka. Dua blog saya yang lain tidak bisa saya buka lagi.
“PING BRENGSEEEK!!!” Seru saya sambil memukul stir mobil.
Waduh napa mas bro penghujungnya kok gitu, yakin masih ada cerita berikutnya, sabar menanti deh 😀
Nantikan sambungannya ya, Pak 😀
Waduh, terus piye? Lain kali berhubungan sama Pink Panther ajaaa lebih aman….
[…] ← Ping Hacker Pink […]
Makannya sama dengan aku … lain-lainnya beda banget si Ping ini …
Hahaha… jagoan makan juga ya?
[…] 2 hari ini hidup saya aman tentram dan damai karena tidak ada gangguan dari Ping. Sejak terakhir ketemu, baru 1× Ping mem-ping saya. Setelah itu tidak ada kontak lagi. Kekhawatiran saya kalau Ping […]
“Tadi itu pasti hanya khayalanmu saja kan, Pak,” kata istrinya sambil menatap suaminya dengan cemas.
[…] ternyata cerita tentang Ping Si Hacker Pink diragukan kebenarannya. Padahal kan memang belum tentu benar, xixixi… Namun keraguan […]
[…] ternyata cerita tentang Ping Si Hacker Pink diragukan kebenarannya. Padahal kan memang belum tentu benar, xixixi… Namun keraguan […]
[…] ternyata cerita tentang Ping Si Hacker Pink diragukan kebenarannya. Padahal kan memang belum tentu benar, xixixi… Namun keraguan teman-teman […]
Hisss,… kereennn, kenapa ya saya tuh selalu kagum sama tangan2 hacker, ungtung si ping itu cewek, kalo cowok mah udah…. #&^*W&$& *mendadak sinyal hilang
hahaha… untunglah sinyalnya hilang 😀
wkwkkwkw,.. jaringannya jelek, maklum, musim ujan 😀
[…] Emanuel Setio Dewo on Ping Hacker Pink […]
[…] periode cuti kemarin terjadi gencatan senjata antara saya dengan Ping. Berita baiknya, Ping bersedia didaulat menjadi juri. Cuman saya wanti-wanti ke Ping kalau […]
[…] Apalagi baca cerita teman tentang yang nyinggung-nyinggung soal hacker. […]
[…] sementara pemakaian komputer masih bersama-sama dengan anak-anak, maka bisa lakukan usaha seperti menghapus history, cookie dan cache dari web browser (panganan opo kuwi? […]
[…] akhirnya Ping Si Hacker Pink mengirimkan email ke saya yang berisi hasil penjurian kontes. Berikut […]