Judul di atas nampaknya berlebihan. Tapi memang itu yang daku rasakan saat makan Soto Kadipiro III. Soto Kadipiro adalah salah satu makanan favorit Papah. Dulu kami sering diajak makan di Soto Kadipiro II saat perjalanan Semarang-Yogyakarta. Dan terakhir makan bersama Papah di sana rasanya sudah ratusan tahun yang lalu. Hiks…
Saat kami memperingati 1 tahun berpulangnya Papah, kami juga menyempatkan diri nyekar ke makam Ibunya Ibunda di Makam Gajah Mbirit Wedi, Klaten. Saat pulangnya kami menemukan warung Soto Kadipiro III ini. Dan kami pun makan siang di situ.
Jujur sejujurnya, enak banget. Mungkin lidahku memang lidah orang Jawa yang cocok dengan bumbu soto ini. Ingin rasanya nambah, tapi sudah kenyang, hehehe…
Saat makan daku teringat Papah, seandainya Papah bisa turut makan di sini.
Kadipiro baru coba yang 1 saja …..
Enak kan pak? 🙂
iru yang bentuknya bulat di dalam makngkok apa mas?
Itu perkedel, Mbak 🙂