Saat melakukan rekrutmen, kadang ada situasi dimana saya terusik, yaitu saat mengetahui kalau si pelamar adalah perokok. Ya… saya terusik untuk mengetahui mengapa dia merokok. Biasanya di akhir wawancara jadinya saya malah memberi nasehat panjang-lebar tinggi-rendah luas-sempit tentang bahaya merokok.
Dari pengalaman mewawancarai para perokok, ternyata mereka merokok karena kebiasaan dan tidak ada alasan spesifik. Mungkin mereka memperhalus kata “kecanduan” menjadi “kebiasaan”. Para perokok ini mengaku biasa menghabiskan 1 bungkus rokok seharinya. Ironisnya tidak ada keinginan sama sekali untuk berhenti. Maka saya pun bilang kalau perokok akan berhenti merokok jika sudah sakit. Lalu mulailah ceramah saya tentang bahaya merokok dan dampak buruknya bagi orang-orang di sekitarnya. Dan saya tidak bosan-bosannya melakukan hal ini, xixixi…
Walau pun demikian, pada periode lalu kami merekrut seorang perokok. Untungnya dia tidak ada masalah dengan kesehatan. Syukurlah dia tahu diri dengan tidak merokok di lingkungan rumah sakit. Jadi kalau mau merokok, dia harus keluar lingkungan rumah sakit dulu dan kalau perlu ngumpet, xixixi…
Sama.
Teruslah berjuang…
Wah saya gak pernah tanya dulu … toh di ruangan tertutup di kantor tidak boleh merokok …
Di formulir ada isian: merokok, minum2, olah raga, vitamin, obat2an di bagian kebiasaan. Jadi ketahuan kalau perokok atau peminum, xixixi
Wah kayak formulir asuransi ya
Iyaaaa… xixixi
peringatan: rokok membunuhmu