Ketika ada pengumuman Elpiji (LPG) naik, maka rakyat pun resah bukan kepalang. Tidak hanya ibu rumah tangga yang terancam dapurnya tidak berasap namun juga tentu saja para pelaku bisnis makanan. Terang aja resah, lha kenaikan awal bisa sampai di atas 68% di level konsumen. Mabok toh?
Ironisnya pemerintah yang merestui kenaikan ini kemudian merevisinya. Tapi terlambat! Ada banyak masyarakat yang memutuskan untuk beralih ke Elpiji 3 kg yang sering dikenal sebagai melon itu. Maklum, harga Elpiji 3 kg memang lebih murah per kg-nya dibanding tabung 12 kg berkat adanya subsidi.
Tadi lihat berita di TV tentang kelangkaan Si Melon ini. Imbasnya jelas, masyarakat bawah yang menggantungkan asap dapurnya dari Elpiji 3 Kg jadi kesulitan mendapatkan Si Melon.
Lantas saya pun prihatin, apakah kenaikan awal 68% ini tidak dipikirkan dampaknya pada masyarakat? Kalau pun sekarang kenaikan sudah direvisi, namun efek negatifnya sudah terlanjur terjadi. Pemerintah harus memikirkan langkah perbaikan dari situasi & kondisi ini. Tapi sampai saat ini kayaknya pemerintah cuek. Hiks…
Pemerintah tolol, bisa-bisanya salah koordinasi.
Kalau gantle, yg bertanggung jawab: mundur!
SETUJUUU…
dampaknya sudah dipikirkan dengan baik, mas. dan nyatanya kenaikan yang diikuti penurunan itu, memberi keuntungan kepada para politisi, hehehe
Waaa iya ya, dari sudut pandang politisi… Tapi merugikan masyarakat sih
mereka membuat kebijakan bukan untuk masyarakat, hehe. menjual gonjang ganjing harga LPG membawa keuntungan lebih cepat daripada jualan LPG yang sebenarnya =))
Iya benar, Mas. Saya prihatin sih, karena ada beberapa daerah yang kemudian mengalami kelangkaan Si Melon. Lalu mereka pakai apa utk masak?
Dulu pake minyak tanah suruh ganti gas. Udah nurut pake gas malah digonjang-ganjing gini. Mesake banget bangsaku 😦
Itulah kalo yg jadi mentri wong sugih, gak pernah sengsoro 😦
Lha yo kuwiii… Hiks…
Drama menjelang pemilu, sudah jilid berapa ya
Saat dinaikin ndak tanggung 50% lebih.. apa ndak salah itu.. Gimana nasib ukm yang bergantung pada gas, kalau usahanya pada berhenti. Bakalan banyak pengangguran, makin susah hidup di indonesia ini. Kalau orang-orang tua sekarang sering bilang , lebih enak zaman soeharto 😛
untung saya deket sama PERTAMINA sama PERTAGAS yang khusus isi GAS buat busway jadi kalo kehabisan minta isi ulang sm Mas Pertagas aja *hihi
Wah asyiknya…