Sejalan dengan semakin maraknya media sosial, semakin banyak orang menuliskan apa saja di medsos, termasuk doa. Kalau membaca doa-doa di medsos, rasanya daku tergelitik. Bukan karena perbedaan agama, bukan pula karena daku tidak setuju doa yang dipajang di medsos, namun karena isi doanya yang memohon “dimudahkan”. Baiklah, berikut contoh doanya (*hanya contoh yaaa*):
“Ya Tuhan, besok aku akan menghadapi UAN, mohon dimudahkan”
Lantas daku pun membayangkan Si Pendoa yang saat itu duduk di kelas 3 SMA dikabulkan doanya oleh Tuhan. Keesokan harinya Si Pendoa ini mendadak menerima soal-soal ujian kelas 6 SD. Tentu saja jadi mudah banget kan?
Contoh lain:
“Ya Tuhan, besok aku akan ujian SIM, mohon dimudahkan”
{ Foto dipinjam dari Wikipedia }
Daku pun membayangkan, keesokan harinya Si Pendoa mendapat mobil untuk ujian praktek yang canggih, yaitu Google Driverless Car yang bisa berjalan sendiri tanpa perlu dikendalikan oleh manusia. Dia tinggal ngomong “ke sana”, maka mobil akan “ke sana” tanpa menabrak apa pun.
Ehm… mungkin pemahamanku akan doa-doa seperti ini salah ya? Maafkan daku…
Hmmm moga moga dimudahkan memahaminya …
Hahahha maksude supaya bisa mengerjakan dengan mudah, bukan supaya ada keajaiban kayak gitu : P
Kalau cuma supaya bisa mengerjakan dengan mudah, pasti dia bisa jika sudah belajar & menguasai materi.
Pada intinya, semua perkataan adalah doa…
hmm, mungkin biar ada yang memberi support atas doanya di media sosial?
kenapa doanya tidak minta diberi kemampuan lebih baik untuk memecahkan masalah, bukan meminta masalah yang lebih mudah?
Setujuuu… Mestinya kan begitu 🙂
saya agak terganggu sama tren doa di sosmed mas, amin nya pake like atau RT, itu kalo kata mbah sam sudah masup kategori bid’ah dholalah
Hehehe… saya juga sering terganggu 🙂