Tulisan ini masih sambungan “Ulasan Kuliner yang Tidak Enak”, tapi membahas aspek lain, yaitu rasa yang tidak terstandarisasi. Wuih, judulnya keren yak? (*bletak*).
Jadi begini, daku sering makan di beberapa tempat tertentu. Sebut saja kantin A, B, C. Di salah satu kantin, yaitu Kantin A, punya menu yang hueeenak banget, yaitu Sop Daging. Bener-bener enak deh, dengan catatan kalau makannya pas “beruntung”. Loh kok gitu? Iya… Karena kalau pas enak, Sop Dagingnya benar-benar enak. Sayangnya keenakan ini tidak bisa dijamin selalu enak. Kadang kala tidak enak, keasinan, hambar, dagingnya terlalu alot, dll.

{ Gambar diambil dari sini: Sop Daging Kantin Belakang }
Kesimpulannya, makan Sop Daging di Kantin A untung-untungan, hehehe… Ini berbeda dengan resto internasional yang biasanya franchise. Mereka sudah punya standarisasi rasa sehingga di setiap cabang rasanya stabil. Mungkin ada perbedaan, tetapi biasanya tidak terlalu banyak.
Kaitannya dengan tulisan terdahulu adalah karena saat Penulis/Pengulas sedang kulineraria di suatu resto, mungkin pas dapat enak sehingga tidak ragu untuk memberikan cap jempol atau nilai yang tinggi. Mungkin keesokan harinya Penulis tersebut makan lagi di situ, bisa saja rasanya sudah tidak karuan.
Terus terang daku pernah mengalaminya di sebuah resto franchise terkenal, sebut saja “matahari” dalam bahasa Indonesia. Daku sering makan di sebuah cabang karena alasan praktis, lokasinya dekat dan rasanya lumayan. Suatu saat daku mendapati rasanya tidak enak, keasinan, kayak ada bumbu yang kurang. Ternyata kokinya ganti, hiks…
Bahkan yang semestinya terstandarisasi saja bisa menyimpang rasanya. Kesimpulannya, ulasan kuliner bisa saja untung-untungan. Bisa juga sial-sialan. Jadi jangan percaya 100% ulasan kuliner, hehehe… (*kompooor*)
tergantung lidah masing-masing ya mas. Aku pernah tuh dikasih tau teman ada bakso yang enaaaaak banget katanya. Aku penasaran makan disana ya ampun kok rasanya biasa.
Iya, aku sering juga begitu. Begitu dirasain sendiri ternyata biasa 🙂
pegawainya resign kali mas… jadi rasanya beda.. hehhee
Iya, Mas. Tapi mestinya resepnya telah terstandarisasi.
Ada beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan untuk mempercayai ulasan kuliner:
1) Bila restoran tersebut dinilai bagus oleh banyak reviewer yang berbeda, ini mungkin benar.
2) Bila restoran tersebut dinilai jelek oleh seorang reviewer, orang tersebut perlu ditelusuri apakah dia sudah sering menulis review restoran atau ini baru pertama kali dia menulis review.
3) Bila suatu restoran dinilai bagus oleh banyak reviewer selama bertahun-tahun, itu biasanya benar.
4) Bila suatu restoran dinilai bagus pada tahun lalu, namun dinilai jelek pada tahun sekarang, bisa jadi ada faktor pergantian pegawai yang bekerja pada restoran tersebut.
Setujuuuu…