Nampaknya daku termasuk orang yang gagal dalam memahami sesuatu. Kali ini daku gagal memahami “Kalimat Negatif & Positif”. Daku sering mendengar nasehat kalau dalam mendidik anak-anak dilarang menggunakan kalimat negatif, misalnya: “minum madu supaya TIDAK sakit”, yang disarankan dipositifkan menjadi “minum madu supaya sehat”. Pendek kata, jangan menggunakan kata NEGATIF dan sebaiknya menggunakan kata POSITIF untuk mensugesti anak.
Ya, daku gagal memahaminya karena sebenarnya kalimat dengan “TIDAK”, “JANGAN”, “DILARANG”, dll, bukanlah kalimat negatif bagiku. Karena kata-kata ini bukanlah kata negatif. Dalam hal ini “TIDAK”, “BUKAN”, dll memang merupakan “NEGASI”, tetapi bukanlah berarti negatif. Bagiku, NEGATIF itu lebih tepat jika dipahami sebagai konteks atau arti dari suatu kalimat. Misalnya: “Saya ingin mencuri”, ini jelas kalimat yang memiliki arti negatif secara normatif. Demikian juga dengan kalimat ajakan: “Mari kita merampok.”
Selain itu, kalimat POSITIF yang disarankan mengganti kalimat NEGATIF pun sebenarnya tidak tepat. Misalnya kalimat “Minum madu supaya TIDAK sakit” diganti menjadi “Minum madu supaya sehat”, daku memahaminya seperti ini: Si Anak sedang sakit lalu diberikan madu supaya sembuh (menjadi sehat).
Benarkan? Daku gagal memahaminya? Terlepas dari itu, konon para peneliti mengungkapkan kalau kalimat dengan kata “TIDAK”, “JANGAN”, “DILARANG”, dll akan diabaikan oleh otak sehingga orang cenderung malah melakukannya. Saat membacanya, daku pun gagal memahaminya. Bagiku, jika orang yang mendengarnya kemudian mengabaikan atau malah cenderung melakukannya, itu karena dorongan hati orang itu untuk mengabaikan dan kemudian malah melakukannya. Namun jika tingkat kedisiplinan dan kepatuhan dan pemahaman seseorang itu tinggi, maka larangan tersebut akan dipatuhi.
Bisa juga karena orang gagal mencerna atau memperhatikan konteks dari larangan tersebut. Contohnya ketika daku masih kecil sering diingatkan Ibu: “Jangan lupa bawa buku ini ya”, yang kemudian terjadi adalah daku lupa membawanya. Kemudian ibu menasehatiku untuk selalu “MEMPERHATIKAN” alias “PERHATIAN” jika diajak ngomong atau ketika dinasehati. Alhasil setelah itu daku pun selalu memperhatikan dan tidak lupa lagi.
Contoh lain, ini seperti rambu-rambu lalu lintas di Indonesia yang cenderung dilanggar oleh banyak orang. Namun demikian di negara tetangga sangat ditaati dan amat-sangat jarang dilanggar. Jadi bukan masalah rambu-nya, namun masalah mental atau budaya yang mempengaruhi tingkat pelanggaran.
Ini menurutku loooh yaaa, seseorang yang seringkali gagal memahami sesuatu.
…membingungkan juga ya. apa saya juga gagal paham… 😐
Iya… mari kita bingung bareng
Dalam konteks anak kecil, kata “JANGAN” itu sangat berpengaruh dalam pertumbuhan psikologisnya. Banyak kok penelitian tentang ini, anak kecil tidak boleh dilarang, melainkan diarahkan.
Misal nih anak mainan di pinggir jalan ramai. Instead of bilang “Nak, jangan mainan di jalan!” Mendingan bilang “Sini nak main didalem”. Atau anak mainan barang pecah belah. Daripada bilang “Nak jangan mainan itu!” Mendingan sembunyiin aja barang pecah belahnya.
Nah kalau konteks orang dewasa, mungkin lebih ke pengertian, bahwa meng-encourage itu lebih baik daripada melarang. Instead of bilang “Dilarang buang sampah sembarangan!” Lebih baik “Buanglah sampah pada tempatnya”. Lebih enak mana?
Atau mungkin saya juga termasuk yang #gagalnyambung? 😀
“Sini Nak, main di dalam”, lalu si Anak tidak tahu mengapa dia harus main di dalam, xixixi…
Bingung kan?
Boleh aja ngasih tau alasannya. Tapi sebisa mungkin jgn malah menakut2i. Misal bilang “nanti ketabrak”. Malah akan tertanam di ingatannya kalau main diluar bakal ketabrak. Jadi penakut deh… Hehehe susah jg ya jadi orang tua 😀
Mas Dewo harus duduk pada posisi anak-anak donk
Ada yang mengatakan, sebaiknya kata”TAPI” diganti dengan “DAN” pada konteks tertentu.
“Nilaimu bagus tapi kalau kamu lebih giat belajar pasti hasilnya akan lebih bagus lagi”
Terlalu sering mengucapkan kalimat senada akan meruntuhkan semangat anak. Memuji kok pakai TAPI. Anak kadang hafal kelakuan ortunya. Begitu muncul ucapan:”Nilai bahasa Inggrismu bagus…”, anak langsung nyahut:”Tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii….”
Jika kata TAPI diganti dengan DAN maka konotasinya “Menguatkan”
Salam hagat dari Surabaya
Kalau kalimat motivasional memang sudah seharusnya diberikan ke anak, ya Pakde 🙂
hehehe kelanjutan komen kemarin ya mas. Oh ya kalau aku suka sulit memberi perintah sama pascal. Contohnya dia jalan terlalu cepat aku bilang jalannya pelan-pelan saja eh di alansgung jalan seperti siput yang super pelan padahal maksudku jalan tidak cepat atau tidak lambat
Wakaka… anak-anak kadang merespons dengan sangat lucu.
saya juga sepakat bahwa kalimat motivasional tidak harus dikontruksi dengan bentuk kalimat positif, hehehe