Saat mengungsi di Starbucks sudah usai, kami akan makan siang. Di depan persis ada Pecel Solo, kami pun mencoba makan di situ. Sebenarnya kami agak ragu, secara resto-nya sepi. Kami pun curiga, jangan-jangan makanannya tidak enak.
Tapi akhirnya kami memutuskan untuk mencobanya. Toh kami semua suka makan sayuran.
Masuk ke dalam membuat kami terbuai, suasananya jadoel (jaman dulu). Mejanya bernama “Gledek Lengek”.
Apa sih artinya “Gledek Lengek”? Berikut adalah tulisan yang tertera yang merupakan definisi dalam bahasa Inggris:
Gledek Lengek is the typical of ponorogo grobak. Which is very difficult to find recently. It’s was used for a valuables storage in the 19 century by farmers in the village
Di setiap meja terdapat Coffee Beer dan Sari Temulawak. Ini minuman jaman dulu.
Sedangkan di tengah bangunan terdapat area peracikan pecel. Dari sinilah pesanan aneka pecel diracik. Karena tidak perlu acara masak-memasak, maka makanan kami pun cepat tersedia.
Daku memesan Pecel Solo Komplit. Seperti foto di bawah inilah bentuknya. Sedangkan teman ada yang memesan Pecel Ndeso.
Menurutku enak kok. Tapi teman-teman bilang kurang, malah katanya enakan Pecel Madiun sebelah RS Awal Bros Bekasi. Selera memang beda-beda, xixixi…
Namun bagiku, ini mengingatkan makanan kebangsaan saat kuliah di UNDIP Tembalang, Semarang. Di samping kampus ada warung favorit mahasiswa yang berkantong cekak macam daku ini. Karena dengan membayar beberapa ribu rupiah sudah bisa makan pecel plus teh tawar. Cukup mengenyangkan.
Yang mengasyikkan adalah suasananya. Benar-benar serasa di Jawa Tengah, atau Solo seperti judul restoran ini. Dinding dipenuhi foto-foto pengunjung terkenal dari kalangan artis mau pun pejabat. Namun begitu penataannya bagus.
Walau pun tidak menggunakan AC, suasanya cukup nyaman walau pun sedikit hangat. Selesai makan kami mencicipi minum Coffee Beer dengan es. Walau pun namanya “bir kopi”, ternyata rasanya lebih mirip moka. Enak kalau diminum dingin.
mantap…
Mas, harga menunya rata-rata berapa, Mas?
Untuk varian pecel antara 20-40an, Mbak.
minuman rempah semacam bir pletok ya
Kalau dari rasa sih seperti mocca, tidak ada rasa alkoholnya 🙂
Daerah mana ini?
Daerah Alam Sutera, Mas.
Lho, deket toh ternyata.
Saya baru aja dari Alam Sutera tadi.
Oh yaaa? Tepatnya di Flavor Bliss, Alam Sutera 🙂
Iya, tadi baru saja dari Palmyra. Sudah balik ke Kelapa Dua sekarang,.
Siiip…
Kayaknya saya perlu belajar banyak tentang fotografi dari Mas Bambang.
Ah, saya juga masih belajaran kok. Tinggal di daerah mana Mas?
Saya di Modernland, Tangerang, Mas. Kalau Mas Bambang dimana?
Saya tinggal (kost tepatnya) di Kelapa Dua, dekat Islamic Village.
Oh ya… dekat kebun jeruk ya? Baiklah Mas, kapan-kapan hunting bareng, xixixi…
Jauh lah…Islamic Village Tangerang lho ya. Saya kerjanya di sebuah sekolahan di Summarecon.
Hehehehe..
Boleh lah. Diatur aja, cuma..gimana kontaknya?
Owwwh… yang di Tangerang… ya-ya saya tahu. Kirain yang di Jakarta, xixixi…
Saya japri nomer hape/bbm saya ya?
Hahahahaha..ya, di Depok aja ada Kelapa Dua kok. Jadi suka bingung aja waktu pertama kali datang kesini.
Japri? boleh…monggo.