Bagi seorang programmer kayak saya, laptop adalah hal yang penting. Tidak hanya penting, tapi 1 saja tidak cukup. Jadi untuk menemani MacBook Pro 13″ saya pun membeli sebuah laptop cadangan. Karena cadangan, maka kriteria yang saya ajukan adalah: tidak bego-bego amat (maksudnya prosesor harus cukup kencang dan storage cukupan), terjangkau di kantong dan harus handal. Setelah melakukan pengamatan (bukan riset loh ya!) selama 3 bulan belakangan ini, akhirnya saya membulatkan diri membeli Asus TUF Gaming. Walau pun laptop ini Pro-Gaming, tapi saya akan menggunakannya untuk Programming, hehehe…
Mengapa saya membeli Asus TUF Gaming seri FX505DD? Bagi saya laptop ini sangat memenuhi kriteria saya:
- Tidak bego, alias harus pinter! Dengan dibekali prosesor AMD Ryzen 5 3550H, laptop dengan arsitektur Zen+ (peralihan dari aristektur Zen ke Zen2) ini konon setara dengan prosesor berforma tinggi dari Intel, yaitu seri i5 8300H yang sangat dikenal di laptop-laptop gaming entry level. Tambah gesit dengan dibekali kartu grafis Nvidia GeForce GTX1050 dengan VRAM 3GB. Paduan antara prosesor AMD Ryzen dengan kartu grafis Nvidia ini konon membuat laptop ini bisa memainkan game AAA dengan baik. Makanya saya menuliskannya sebagai laptop Pro-Gaming, hehehe…
- Terjangkau! Saya tidak bisa bilang laptop ini murah karena ya bagi saya laptop ini cukup menguras kantong. Tapi dibandingkan MacBook Pro yang harganya 23 jutaan itu jelas harga FX505DD bisa dibilang murah, tidak ada setengahnya. Bisa juga dibandingkan dengan seri DY yang lebih dulu diluncurkan. Bahkan dibandingkan seri DT dan DU yang diluncurkan bebarengan dengan DD. Dengan perbandingan ini, saya pun rela mengeluarkan kocek untuk menebusnya.
- Handal! Jujur saja, saya sangat suka ketika melihat iklan Asus yang menonjolkan jargon standard military grade MIL-STD-810G yang disematkan di laptop TUF-nya. Kehandalan ini sangat saya butuhkan mengingat saya bakal sering membawanya bepergian.
Selain itu ada alasan lain mengapa saya memilih membeli TUF FX505DD, yaitu:
- Saya membutuhkan layar 15.6″. Bagi seorang programmer, saya sangat suka melihat beberapa window sekaligus ketika coding. Misalnya untuk melihat IDE, browser (untuk mencari referensi atau tutorial/contoh) dan output (bisa emulator android, debugging, dll). Kadang pula perlu remote ke beberapa server untuk debugging dan menjalankan suatu proses. Intinya bakal banyak window atau aplikasi yang terbuka. Makanya saya sering menggunakan dual atau bahkan triple monitor. Dan kadang kala layar 13.3″ itu terlalu sempit! Kalau ditinggikan resolusinya, maka tulisan jadi sangat kecil sehingga membuat mata cepat lelah.
- Keyboardnya enak banget! Bagi seorang programmer, keyboard laptop ini seenak sebuah burger dari merek terkenal! Empuk, renyah dan bikin nagih. Bagi pengguna laptop Apple pasti bakal tau rasanya ketika mengetik menggunakan laptop Asus ini setelah bertahun-tahun menderita dengan keyboard MacBook Pro yang cetek dan berisik. Mau ngetik cepat dengan MBP? Wah jari malah sakit, hahaha…
- Tidak hanya empuk dan menyenangkan, keyboard dari TUF FX505 ini nyalanya berwarna-warni. Sangat entertaining. Saya jarang sekali menyalakan backlight keyboard MBP. Tapi menggunakan TUF ini serasa enggan mematikan backlight-nya. Enak dilihat. Baiklah, mungkin saya ndeso ya? Maklumlah, ini pertama kali beli laptop gaming, hahaha…
- Port-nya cukupan. Walau pun belum ada USB type-C dan slot SDCard, tapi dengan adanya 3 USB type-A, HDMI dan Ethernet sudah cukup menyenangkan. Coba bandingkan dgn MBP yang cuma punya 2 port USB Type-C, xixixi…
Walau pun banyak hal yang saya sukai dari laptop TUF gaming ini, ada beberapa hal yang kurang saya sukai, yaitu:
- Sistem operasinya Microsoft Windows. Saya tidak membenci Windows, tapi saya lebih suka menggunakan Ubuntu. Sayangnya saya tidak bisa beli laptop ini tanpa Windows karena dari sononya sudah di-bundling dengan Windows. Seandainya saja bisa beli tanpa Windows tentu saya akan sangat senang, di samping tentu saja bakal lebih murah lagi harganya.
- Layarnya bukan IPS. Cuma tertulis IPS-level yang artinya setara dengan panel IPS. Yang saya rasakan adalah warnanya kurang kontras/cerah dan layarnya kurang terang. Lagi-lagi pengguna MBP bakal segera menyadari kekurangan ini.
- Konfigurasi RAM cuma single channel. Konon AMD Ryzen akan bekerja optimal ketika menggunakan RAM dual channel. Ini artinya saya harus menabung untuk membeli 1 lagi keping RAM.
- Masih menggunakan harddisk untuk storage utamanya. Ini artinya lambat dan rentan rusak ketika terbentur atau jatuh. Dan lagi usia pakai harddisk lebih singkat dari pada SSD. Walau pun demikian kapasitasnya lumayan lega, yaitu 1 TB. Artinya saya bisa buat beberapa VM di sini. Tapi sudah sewajibnya saya harus menabung untuk membeli SSD NVMe.
- Touchpad-nya kurang nyaman. Bagi pengguna produk Apple pasti akan segera menyadari ketika menggunakan laptop ini karena kurang presisi dan tidak nyaman klik-nya. Selain itu gesture yang biasa digunakan di touchpad MBP berbeda dengan di laptop ini. Kalau gesture ini lebih dipengaruhi oleh sistem operasi Windows-nya sih.
Tapi mengingat harganya yang terjangkau, saya tidak akan komplain. Mungkin saya harus menabung untuk membeli SSD NVMe dan RAM 1 keping.
[…] Ya memang rada gatel juga sih pengen segera bisa upgrade fase 2, yaitu untuk menambah RAM di laptop Asus TUF Gaming FX505DD saya. Hanya saja setelah melihat di toko online ternyata harga RAM SO-DIMM DDR4 PC4 — 2666MHz […]
Masbro, itu setting biar bisa triple monitor bisa emngnya?caranya gmana?mayan kan biar gak ada monitor yg nganggur jadinya.kebetulan laptop sejenis nih..
Suwun masbro.