Apa Kabar Ping?

Selama 2 hari ini hidup saya aman tentram dan damai karena tidak ada gangguan dari Ping. Sejak terakhir ketemu, baru 1× Ping mem-ping saya. Setelah itu tidak ada kontak lagi. Kekhawatiran saya kalau Ping akan menggunakan server-server kami untuk DDoS tidak terbukti. Semoga saja bukan karena Ping menunda penggunaannya, semoga saja dia tidak bisa membobolnya.

Tanpa Ping
Tanpa Ping

Kehidupan blog saya pun kembali normal, kembali ke kesepian karena statistik menurun, xixixi… Namun begitu, saya sudah mempelajari mekanisme engine-nya Pink. Saya sudah buat versi saya sendiri. Hari ini akan saya uji coba. Semoga saja saya bisa mengelabuhi WordPress, xixixi…

Dan Ping… “Apa kabar? Semoga engkau bahagia di sana…” (*eh apaan sih ini? xixixi*)

Iklan

Ping dan DDoS

Ketika kemarin terjadi kehebohan penyadapan ponsel milik Presiden SBY dan istrinya dan juga beberapa petinggi penting negara oleh Australia yang berujung ke perang siber (Cyberwar/cyberwarfare), saya baru sadar kira-kira apa agenda Ping Si Hacker Pink. Saya rasa Ping sedang mengumpulkan server sebanyak-banyaknya untuk dijadikan zombie. Wew… horror ya? Bukan, bukan zombie seperti di filem horror, tapi membuat server-server melakukan apa yang dimaui hacker tanpa diketahui oleh server atau administratornya.

Tujuannya jelas, yaitu memanfaatkan server-server zombie tersebut untuk menyerang target-nya. Serangan ini disebut sebagai DDOS (distributed denial of service attack). Ini adalah serangan paling brutal karena dapat membuat server target menjadi lumpuh bahkan tidak jarang berujung pada kerusakan permanen. Ironisnya serangan ini dapat mengakibatkan jaringan kebanjiran data sehingga secara umum kecepatan internet menjadi lambat. Pantas saja hari ini internet lambat banget (hiks).


{Gambar dipinjam dari Wikipedia}

Mungkin bahasanya terlalu teknis ya? Tapi bayangkanlah begini, Anda punya rumah di Tangerang, mendadak semua orang di Jakarta mendatangi Anda. Bayangkan betapa macetnya jalanan menuju rumah Anda. Semua ruas jalan dibanjiri mobil-mobil yang akan menuju rumah Anda. Dan bagaimana dengan Anda ketika di depan pintu ada sedemikian banyak orang yang akan bertamu? Padahal Anda akan pergi berkencan dengan pacar Anda. Saya yakin Anda akan stress berat. Demikian juga dengan server target serangan DDoS.

Masih ingat teori Ping tentang meningkatkan traffic ke blog/website? Dia sedang mengembangkan engine untuk DDoS secara lebih efektif. Sejak berkembangnya Cyberwarfare, server-server telah disempurnakan supaya kebal terhadap DDoS. Namun engine yang dikembangkan Ping mampu melewati pertahanan itu. Bahkan dia mampu membuktikan bahwa server WordPress akan tetap merespons request dari engine Ping. Meresponse request palsu dari engine Ping sama saja dengan memboroskan sumber daya server. Sama seperti ketika tamu-tamu Anda tadi semuanya meminta kue dan Anda harus memberikannya kepada mereka. Tentu Anda akan bangkrut. Seberapa banyak kue (dan uang) yang harus Anda sediakan untuk seluruh tamu-tamu dari Jakarta?

Baca selebihnya »

Ping Dan Social Engineering

Pengalaman bertemu Ping merupakan pengalaman yang buruk. Apa yang dilakukannya boleh disebut sebagai social engineering atau bisa diterjemahkan sebagai “rekayasa sosial.” Ketika hacker mengalami kesulitan saat membobol sistem target, maka hacker bisa melakukan manipulasi psikologis terhadap orang-orang yang ada di dalam sistem. Sebagai informasi, sebuah sistem informasi tidak hanya terdiri dari hardware, software, dan jaringan, tetapi juga brainware alias otak manusia.

Berikut definisi Social Engineering menurut Wikipedia:

Social engineering, in the context of information security, refers to psychological manipulation of people into performing actions or divulging confidential information. A type of confidence trick for the purpose of information gathering, fraud, or system access, it differs from a traditional “con” in that it is often one of many steps in a more complex fraud scheme.

The term “social engineering” as an act of psychological manipulation is also associated with the social sciences, but its usage has caught on among computer and information security professionals.

Atau jika saya coba terjemahkan bisa diartikan sebagai:

Rekaya sosial, dalam konteks keamanan informasi, merujuk ke manipulasi psikologi dari orang-orang untuk melakukan aksi atau membocorkan informasi rahasia. Sebuah tipe dari penipuan untuk keperluan mengumpulkan informasi, penipuan, atau akses ke sistem, yang berbeda dari “con” tradisional yang mana kadangkala merupakan satu dari banyak langkah dalam skema penipuan yang kompleks.

Istilah “rekayasa sosial” sebagai sebuah tindakan manipulasi psikologis juga berhubungan dengan ilmu pengetahuan sosial, tetapi penggunaannya terjadi di antara profesional komputer dan keamananan informasi.

Lebih lanjut, jenis-jenis rekayasa sosial ini bisa dibaca di Wikipedia.

Lalu apa yang terjadi? Baiklah, saya coba kembali mengingat apa yang telah terjadi yang melibatkan Ping si Hacker Pink.

Baca selebihnya »

Ping Hacker Pink

Makan siang kami pun usai, tibalah saatnya kami membahas masalah serius. Ping mengusulkan pindah tempat ke cafe. Saya pun mengusulkan sebuah cafe di bawah. Ping pun setuju.

Saya membawakan tas Ping lagi. Serius… ada rasa antara keberatan dan malu. Selain karena tas besarnya itu memang berat, juga warnanya itu loh… “PINK”. Mendadak saya merasa feminin.

Masih belum sirna keterkejutan saya pada Ping, kini saya tambah heran dengan Ping, karena dia memesan Coffee Latte ukuran besar plus roti. Padahal kami habis makan siang dan saya masih merasa kekenyangan. Saya hanya memesan kopi Cappucino.

Cappucino, Kue dan Laptop-nya Ping
Cappucino, Kue dan Laptop-nya Ping

“Wah kayaknya enak kue-nya.” Kata Ping saat melihat Cappucino saya yang rupanya ada kuenya.

“Silakan ambil saja kalau mau.”

“Oh oke, makasih.” Dan tanpa ragu Ping mengambilnya. Hemmm… padahal dia sudah memesan roti seporsi untuk dirinya. Baiklah, saya berpikir positif, mungkin habis ini dia nge-Gym. Atau besok pagi dia jogging entah dimana untuk membakar semua makanan yang dia makan hari ini.

“Berapa jumlah visitor hari ini?” Tanya Ping sambil menikmati kue saya. Sesekali dicelupnya kue ke Latte-nya. Nampak nikmat sekali makannya. Ping menyodorkan laptop yang diambilnya dari tas kebesarannya kepada saya. Kali ini antiklimaks, soalnya laptop milik Ping warnanya hitam.

“Laptopnya hitam.” Guman saya sambil menyalakan laptop milik Ping yang diklaim produsennya sebagai laptop tertipis di dunia. Nampaknya masih baru. Arm rest-nya masih dilapis plastik. Demikian pula bagian belakang monitor masih dilapis plastik.

“Itu laptop baru saya. Baru beberapa hari. Sayangnya tidak ada yang warna pink. Laptop pink saya sudah saya hibahkan ke adik.” Jawab Ping sambil menuangkan gula cair ke kopinya.

“Owh…” Saya pun login ke administrator blog saya.

Baca selebihnya »

Bertemu Ping

Saatnya bertemu dengan Ping. Saya pun kabur dari kantor.

Ping!!!
Saya sudah sampai

Weks… Ping sudah sampai. Sedangkan saya masih terjebak macet. Syukurlah 5 menit kemudian saya terlepas dari kemacetan dan segera ngebut ke Living World, sebuah mall di bilangan Alam Sutera. Saya akui, saya curang… ketika tadi pagi Ping meminta usulan dimana lokasi ketemuan secara cepat saya mengusulkan Living World yang dekat dengan kantor. Ternyata Ping tidak menolak, dia langsung mengiyakan. Hehehe… Namun nampaknya saya harus minta maaf kepadanya karena saya terlambat, hiks…

Buru-buru saya mencari parkir. Syukurlah saya dapat segera mendapatkan tempat parkir yang nyaman. Rupanya Living World belum ramai pengunjung.

Ping!!!
Saya tunggu di depan Waroeng Betawi

Demikian BBM dari Ping. Saya pun buru-buru ke lokasi tersebut.

Sampai di lokasi saya pun menebarkan pesona pandangan ke sekitar. Saya mencari sosok Ping yang saya sendiri tidak tahu seperti apa. Saya mencari sosok hacker, yang mungkin seperti di film-film. Tapi seperti apa sih sosok hacker yang sebenarnya dalam kehidupan nyata?

Setengah menyerah… paling tidak saya mencari orang yang sedang menunggu saya, hehehe… Biasanya kan orang yang menunggu akan menengok kanan-kiri mencari orang yang ditunggunya. Namun saya tidak menemukan orang yang “mencurigakan” seperti itu. Kebanyakan orang di situ sedang sibuk dengan makanan. Oh iya, sekarang sudah jam 12:30, waktunya makan. Dan saya sudah kelaparan, hiks…

“Hallo…” Tiba-tiba seseorang menepuk lengan saya.

“Eh, hallo juga…” Saya kikuk saat melihat seseorang yang barusan menepuk lengan saya. Saya mencoba mengingat-ingat semua teman saya sejak TK sampai kuliah, namun tidak menemukannya di database otak saya.

“Saya Ping!” Kata orang itu lagi mengetahui kalau saya sedang melakukan query di otak.

“Eh, masaaak???” Asli saya terkejut! Sosok di depan saya ini jauh dari kesan saya tentang Ping. Mungkin pembaca akan sama terkejutnya saat saya coba gambarkan seperti apa sosok Ping.

Baca selebihnya »