Mata Fisik dan Mata Iman

“Saya punya uang 100 ribu. Siapa mau?” Kata Romo sambil melambai-lambaikan selembar uang Rp 100.000.

“Saya mau…” Seru beberapa orang.

“Kalau uang ini saya remas-remas, siapa yang mau uang ini?” Kata Romo sambil meremas-remas uang itu. Tampak uang itu jadi kucel banget.

“Saya mau…” Seru beberapa orang.

“Bagus. Kalau uang ini terjatuh di got, berwarna kecoklatan, bau, dan terinjak-injak, siapa yang mau uang ini?” Kata Romo lagi sambil memperagakan seolah-olah uang itu terjatuh di got dan terinjak-injak.

“Saya mau…” Seru beberapa orang masih bersedia menerima uang itu.

“Anda masih mau uang ini karena Anda mata duitan!” Kata Romo diiringi tawa umat.

“Namun jika uang ini adalah manusia, apakah Anda masih mau menerimanya? Jika ada seseorang pendosa, penjahat, atau orang dengan penyakit seperti HIV, dll, apakah Anda masih mau menerimanya?”

Sejenak umat terdiam.

“Jika Anda menerimanya, maka Anda memandangnya dengan mata Iman. Tetapi jika tidak, maka Anda hanya memandang manusia dengan mata fisik yang hanya menilai orang lain berdasarkan apa yang Anda lihat.”

{ Sekelumit khotbah Romo di Gereja Santo Bartolomeus }

Iklan

Selamat Jalan Papah Tercinta

Hari Jumat 23/11/2012 pagi Papah tercinta dipanggil Bapa. Hari Sabtu pagi Papah dimakamkan di pemakaman keluarga di Sagan, Yogyakarta. Akhirnya Papah dapat kembali ke Yogyakarta setelah bertahun-tahun tidak pulang. Sayangnya kepulangan Papah kali ini adalah yang terakhir.

Saya sangat mencintai Papah. Hanya saja, sayangnya saya tidak mengatakan langsung kepada Papah. Namun di setiap doa, Papa selalu ada. Saya tahu Papah pun mencintai kami semua, walau pun dengan cara tersendiri. Namun di setiap telpon yang saya terima, saya tahu bahwa Papah merindukan kami.

Saya menyesal weekend kemarin tidak sempat menjenguk Papah. Saya menyesal mengetahui kalau telpon saya yang terakhir adalah benar-benar yang terakhir. Namun saya tahu, Bapa di Surga punya rencana yang baik. Dan Yesus Kristus telah menyiapkan tempat di Surga bagi Papah.

Selamat jalan, Papah tercinta. Kami mengiring kepergian Papah dengan doa dan penuh cinta.

Deg-degan Dengan Plat Abal-abal (Lagi)

Tampaknya kenekatan dalam hidupku masih sering berulang. Kali ini deg-degan lagi karena harus menggunakan plat abal-abal lagi. Benar-benar melanggar aturan ya? Please, don’t try this at home (*bletak* … ngasih nasehat kok tdk melaksanakan sendiri?)

Tapi ini harus dilakukan karena sudah sangat perlu digunakan dan memang proses pembuatan STNK yang 14 hari kerja itu termasuk lama. Mestinya sih cukup 2 hari saja. Hari ini berkas masuk, besok STNK jadi. Mestinya kan gitu, asyik kan?

(*jurus ngeles tingkat tinggi*)

Buku: Percepatan Rejeki

Saat jalan-jalan di toko buku, saya cukup girang ketika menemukan buku “Percepatan Rejeki Dalam 40 Hari Dengan Otak Kanan” karangan Ippho ‘Right’ Santosa. Sejak membaca bukunya yang berjudul “13 Wasiat Terlarang! Dahsyat Dengan otak Kanan”, boleh dibilang saya ini penggemar Ippho Santosa. Makanya dengan tidak ragu saya langsung membeli buku Seri Otak Kanan ini.

Sampai rumah segera saja saya sobek bungkus dan memulai membacanya dengan penuh semangat. Namun segera saja semangat saya pupus. Semuanya bermula dari sebuah bab “Bacalah!” yang mengawali semua bab dalam buku ini.

Baca selebihnya »