Ketika ada pengumuman Elpiji (LPG) naik, maka rakyat pun resah bukan kepalang. Tidak hanya ibu rumah tangga yang terancam dapurnya tidak berasap namun juga tentu saja para pelaku bisnis makanan. Terang aja resah, lha kenaikan awal bisa sampai di atas 68% di level konsumen. Mabok toh?
Ironisnya pemerintah yang merestui kenaikan ini kemudian merevisinya. Tapi terlambat! Ada banyak masyarakat yang memutuskan untuk beralih ke Elpiji 3 kg yang sering dikenal sebagai melon itu. Maklum, harga Elpiji 3 kg memang lebih murah per kg-nya dibanding tabung 12 kg berkat adanya subsidi.
Tadi lihat berita di TV tentang kelangkaan Si Melon ini. Imbasnya jelas, masyarakat bawah yang menggantungkan asap dapurnya dari Elpiji 3 Kg jadi kesulitan mendapatkan Si Melon.
Lantas saya pun prihatin, apakah kenaikan awal 68% ini tidak dipikirkan dampaknya pada masyarakat? Kalau pun sekarang kenaikan sudah direvisi, namun efek negatifnya sudah terlanjur terjadi. Pemerintah harus memikirkan langkah perbaikan dari situasi & kondisi ini. Tapi sampai saat ini kayaknya pemerintah cuek. Hiks…