Development Dengan Spesifikasi Minimum

Tempo hari sempat menuliskan 2 tech talk yang berhubungan dengan optimasi & tuning, yang gunanya untuk meningkatkan performa sistem dan menjaga agar mampu menangani beban kerja yang semakin meningkat setiap harinya (baca: “Optimasi & Tuning Server” dan “Optimasi Query”). Namun sebenarnya ada tips yang cukup jitu yang membuat kita aware akan optimasi dan tetap menjaga performa sistem sejak awal development, yaitu dengan menggunakan hardware berspesifikasi minimal.

Mungkin sulit dibayangkan, tapi kurang lebih ceritanya begini. Saat development saya menggunakan notebook yang cukup powerfull, yaitu Acer V5 yang memiliki prosesor Intel i5 berclok 1.8 GHz yang pada saat mode turbo bisa mencapai 2.7 GHz. Cukup powerful untuk development sistem berbasis web. Semuanya berjalan lancar sampai ketika sistem diimplementasikan ke user. Saat diimplementasikan, ternyata banyak hal yang turut mempengaruhi performa sistem, dari PC user yang spesifikasinya lebih rendah, koneksi jaringan, sampai ke beban kerja server.

IMG_00003236_edit

Saat saya memprogram di notebook powerful tentu saja hal-hal seperti ini tidak muncul. Lagi pula database di notebook sifatnya statik, jika ada perubahan tentu dari saya saja. Sedangkan server production memiliki beban kerja tinggi seiring banyaknya user yang bekerja. Saat implementasi inilah banyak permasalahan muncul. Apalagi jika sistem telah dipakai cukup lama dan database sudah mulai membesar.

Nah, tips-nya cukup sederhana, yaitu gunakan PC development dengan spesifikasi minimal. Sebenarnya tips ini sangat menyebalkan karena rasanya semua berjalan dengan lambat. Saat coding lambat. Saat menjalankan query lambat. Bahkan menunggu eksekusi query jadi hal yang menjemukan. Namun dari kelambatan ini, kita jadi bisa melakukan optimasi code dan query sejak dari development. Saya sangat terkesan ketika mencoba modul baru yang diinstall di server production, ternyata modul berjalan dengan sangat cepat. Wow…

Tips ini sebenarnya bukan hal yang baru. Selain karena saat ini saya menggantungkan pekerjaan di notebook yang kurang powerful, juga karena saya pernah mengalami development saat berwirausaha dulu. Dulu saat mulai berwirausaha, saya membeli notebook bekas dengan spesifikasi rendah, yang penting terjangkau kantong saya yang pas-pasan dan paling tidak bisa digunakan bekerja dengan baik. Rasanya dulu saya tidak mengeluh saat mengembangkan sistem dengan spesifikasi minimum. Eh sekarang malah sering mengeluh, hehehe… Maklum, sekarang sudah pernah merasakan notebook dengan spesifikasi yang baik.

Rasanya tips ini bisa dicoba walau pun mungkin mengundang rasa sebel saat development.

Iklan

File Sampah

Rupanya saya membutuhkan waktu 3 hari untuk mensetup notebook baru. Setup ini meliputi instalasi & update OS Ubuntu Linux 12.10 versi 64 bit dan segala pernak-perniknya serta menyalin data dari notebook lama ke baru. Yang paling menjemukan adalah saat menyalin data ratusan giga ke notebook baru. Menggunakan koneksi Wi-Fi ternyata sangat lambat. Tercatat kecepatannya cuma mentok di 1.1 MB/s.

Sayangnya saya tidak punya kabel ethernet tersisa di kantor. Atau kabel ethernet cross yang rupanya sudah tidak jaman lagi sekarang. Penyelamat kejemuan ini ternyata adalah harddisk external 1TB dengan koneksi USB versi 3.0. Penyalinan dari notebook lama ke Harddisk External cuma mentok di angka 19 MB/s. Namun saat menyalin dari HD External ke notebook baru yang memiliki port USB Versi 3.0 bisa ngebut di angka 60 MB/s (480 Mbit/s). Secara teoritis, kecepatan USB 3.0 bisa mencapai 5 Gbit/s (sumber: Wikipedia).

Kemudian saya baru sadar bahwa file saya ternyata banyak & besar sekali di notebook lama. Harddisk di notebook lama yang cuma 250 GB cuma tersisa beberapa persen saja. Itu pun sebagian sudah saya pindahkan ke harddisk external, terutama file foto dan video.

Saat saya teliti lebih lanjut, ternyata banyak juga file yang sebenarnya sudah tidak saya perlukan. Mungkin karena hanya sekedar catatan sementara yang sudah tidak relevan lagi sekarang, downloadan yang sudah saya baca/tonton yang sudah tidak saya perlukan lagi sekarang, catatan kesalahan, catatan todo, atau sekedar ide usang. Intinya file-file tersebut sudah tidak saya butuhkan lagi. Hanya saja, dari ribuan file ini, saya malas untuk memilahnya dan menghapusnya. Saya lebih suka menyalin semuanya langsung ke notebook baru. Mungkin lain waktu saya akan memilahnya satu per satu dan menghapusnya untuk menghemat kapasitas harddisk. Namun melihat kenyataan bahwa harddisk di notebook baru kapasitasnya 2x lipat, nampaknya saya akan menunda rencana penghapusan ini. Hehehe… maklum, saya memang pemalas.

Tambahan RAM 2 GB

system_monitor1Bagi seorang yang bekerja di dunia TIK (teknologi informasi & komunikasi) seperti diriku, kapasitas RAM yang besar adalah sebuah kemewahan tersendiri. Soalnya dengan kapasitas RAM yang besar, berarti semakin banyak hal yang bisa dilakukan secara bersamaan plus kecepatan sistem yang meningkat. Kalau sudah begitu diharapkan produktivitas menjadi meningkat.

“Halah… apa iya bisa langsung meningkat produktivitasnya, Mas Bro?”

Hari ini diriku sedang bergembira ria karena mendapatkan tambahan RAM sebesar 2 GB. Maklum, RAM bawaan notebook Acer TravelMate 6292 cuma 512 MB. RAM sebesar ini sangat kurang dibanding pekerjaan yang harus diembannya. Sistem jadi sering terengah-engah ketika harus bekerja keras.

Tuh lihat di “System Monitor” dari Ubuntu. Saat diambil gambarnya, sistem belum banyak menjalankan program. Coba nanti kalau sudah mulai menjalankan banyak program akan bisa kita lihat perubahan performanya. Asyik kan?