Aplikasi Pikunci Bagi Orang Pelupa

Sudah jamak dewasa ini jika seseorang memiliki banyak akun yang harus diingat. Misalnya saja password untuk email, media sosial, online banking, akun langganan layanan online, toko online, dan banyak lagi. Saya sendiri punya beberapa email yang punya password beda-beda. Belum lagi beberapa server yang harus diingat passwordnya.

Beberapa akun memang punya password yang sama. Tapi tentu bukan langkah yang bijaksana. Menggunakan fasilitas pengingat di browser sedikit banyak dapat membantu walau pun tentu sangat beresiko karena bisa digunakan oleh orang lain yang menggunakan laptop. Dan tentu harus memasukkan password juga ketika kita menggunakan atau meminjam laptop/PC lain.

Sebelumnya saya sangat mengandalkan Google Doc untuk menyimpan semua info login. Tapi untuk membukanya cukup repot apalagi dari handphone. Kemudian saya mencoba menggunakan Keeper, sebuah aplikasi mobile yang cukup handal. Masalahnya saya tidak merasa nyaman menggunakannya karena sering banget muncul pop up yang mengganggu. Padahal aplikasi ini cukup baik dan memiliki fitur akses dengan fingerprint yang lebih praktis. Dan perlu upgrade untuk penyimpanan di cloud.

Hingga akhirnya saya mencoba membuat sendiri aplikasi semacam password keeper ini. Karena saya baru belajar memprogram di Android Studio, maka saya membuatnya sederhana saja. Nanti kalau ada waktu akan dikembangkan fiturnya, seperti misalnya membuka akses dengan fingerprint. Untuk awal ini cukuplah fitur login dengan akun facebook. Jadi user tidak perlu susah-susah bikin akun login dan password untuk mengakses aplikasi ini.

Aplikasi yang saya buat selama kurang lebih 4 hari di luar jam kerja ini saya beri nama Pikunci, yang merupakan gabungan kata “pikun” dan “kunci”, hahaha… ngasal yak?

Ini aplikasi yang sangat sederhana, cuma untuk mengingat login dan password. Selain gratis, saya tidak membatasi berapa jumlah akun yang bisa disimpan oleh user. Semua data disimpan di cloud dengan jaminan kalau data yang disimpan tidak akan disalahgunakan (Kebijakan Privasi).

Untuk menggunakan Pikunci cukup mudah, Anda hanya perlu akun Facebook yang digunakan untuk identifikasi di Pikunci. Setelah itu Anda bisa mulai memasukkan akun-akun Anda. Sangat mudah kan? Aplikasi ini memang dibuat supaya mudah & cepat.

Kalau Anda mau, Anda dapat menginstallnya di beberapa smartphone. Kalau Anda menggunakan akun facebook yang sama, maka datanya akan sama di beberapa piranti tsb. Kalau handphone Anda yang ada Pikunci-nya hilang, Anda cukup mengganti password Facebook dari komputer, maka aplikasi Pikunci di handphone Anda tidak bisa diakses lagi.

Aplikasi Pikunci ini akan terus dikembangkan. Semoga bermanfaat ya.

Iklan

Nyobain Diagram Lucidchart

Untuk menggambar diagram, di MS Windows ada Visio yang terkenal itu. Sedangkan di Linux ada LibreOffice Draw, Dia, Kivio atau Pencil yang bisa berjalan dari Browser Mozilla Firefox. Menurut saya, Visio tetap juaranya.

Namun saya menemukan aplikasi keren berjudul Diagram Lucidchart. Ini adalah aplikasi yang berjalan di browser Chrome (atau Chrome OS). Anda bisa menginstallnya dari Google Webstore dengan terlebih dahulu sign in dengan akun Google Anda.

lucidchart-webstore

Selain versi offline, ada juga versi online-nya. Saya mencoba menginstall versi offline yang lebih minimal penggunaan internet-nya. Nampaknya Lucidchart memang keren. Hanya saja sering nge-lag, agak lambat response-nya. Atau mungkin karena notebook saya? Atau karena koneksi yang agak lambat? Baiklah, saya akan mencobanya dalam beberapa hari ke depan.

lucidchart

Sebagai catatan, Lucidchart ini free dengan beberapa pembatasan fitur. Versi berbayarnya banyak menyediakan fitur tambahan.

Aplikasi untuk Membantu Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas

Ketika Jakarta sudah sedemikian parah macetnya, ketika kemacetan ini berpotensi bertambah parah dengan adanya program mobil murah (LCGC), mungkin sudah saatnya pengguna jalan menggunakan aplikasi-aplikasi navigasi yang dapat membantu mereka menemukan jalan tercepat. Tercepat ini tidak hanya berarti terdekat, namun juga alternatif jalan yang tidak mengandung kemacetan.

Google Maps

Aplikasi yang paling popular adalah Google Maps. Secara default aplikasi ini sudah terinstall di smartphone ber-OS Android. Selain peta navigasi yang bagus dan lengkap, Google Maps telah dibekali informasi traffic dan perkiraan berapa lama waktu tempuh menuju tujuan.

Fasilitas pencarian lokasi juga akurat. Daku banyak mengandalkan Google Maps untuk mencari lokasi yang belum daku ketahui.

Waze

Aplikasi ini sangat popular karena Waze menawarkan sesuatu yang beda, yaitu informasi dari pengguna jalan. Istilah kerennya navigasi dan lalu lintas berbasis komunitas.

Konsepnya adalah pengguna jalan dapat mengirimkan kondisi jalan yang dilaluinya untuk menjadi informasi bagi pengguna jalan lain. Sehingga jika perlu, pengguna jalan lain dapat menghindari rute macet. Informasi traffic yang dapat dikirimkan pun beragam, dari kemacetan dengan 3 tingkat kemacetan, kecelakaan, perbaikan jalan, dll. Bahkan kita dapat mengirimkan foto kondisi jalan raya.

Baca selebihnya »

Aplikasi Office untuk Windows 8

Saya sudah bertahun-tahun menggunakan Sisop Ubuntu atau varian Linux yang lain, yang notabene adalah open source yang bebas digunakan tanpa perlu membayar. Ketika kita menginstalnya, maka hampir semua yang kita butuhkan telah tersedia sehingga kita bisa langsung menggunakannya untuk bekerja.

Ceritanya akan sangat berbeda ketika kita menggunakan Sisop Windows dari Microsoft yang proprietary. Kita mesti membeli sistem operasinya dengan harga yang cukup mahal. Yang perlu digarisbawahi dengan tinta merah, itu baru sistem operasinya saja, belum termasuk aplikasi lain penunjang kerja profesional kita.

Demikian juga ketika kemarin kami membeli notebook Sony Vaio E-series yang telah pre-instal Windows 8. Notebook sudah bisa dinyalakan. Namun untuk kerja profesional? Tunggu dulu! Kita perlu membeli aplikasi penunjang yang kebanyakan tidak gratis.

Aplikasi yang kami butuhkan minimal adalah Office Suite. Sayangnya notebook baru plus Windows 8 ini belum menyediakan aplikasi kantoran. Ada opsi untuk menggunakan MS Office yang setelah saya lihat harganya US$ 150 untuk pengguna home & student. Pengen sih membelikannya untuk notebook ayah mertua, tapi kok ya US$ 150 ini terasa berat banget.

Hingga akhirnya saya memutuskan memilih solusi alternatif, yaitu menggunakan LibreOffice yang open source dan bebas digunakan tanpa perlu merogoh kocek. Yang lebih penting adalah bahwa ini solusi yang legal dibandingkan jika harus memaksakan diri menggunakan MS Office bajakan.

Sore ini jadi ada alasan ke cafe, yaitu untuk menginstal LibreOffice dan Mozilla Firefox via hotspot cafe. Sambil ditemani kopi Latte dan roti, saya pun mendownload LibreOffice. Kebetulan internet cafe sangat cepat sehingga download LibreOffice seukuran 204 MB dapat dilakukan kurang dari 1 jam.

Misi instalasi hari ini berhasil. Tinggal mengajari penggunaan LibreOffice ke mertua. Atau dibelikan bukunya saja ya? Hehehe…

Software Aplikasi Yang Mudah Digunakan & Dipahami

Salah satu tantangan terbesar dalam membuat software aplikasi adalah mendesain user interface-nya sehingga aplikasi mudah digunakan. Jika memungkinkan malah bisa dipahami & digunakan oleh user saat pertama kali menggunakan aplikasi tersebut tanpa perlu panduan atau training. Sangat ideal!

Tentu saja hal ini tidak mudah, terutama jika aplikasinya memang berkenaan dengan sesuatu yang ribet bin kompleks. Oleh karena itu selain mengemukakan desain antarmuka yang mudah, kebanyakan developer menyediakan panduan atau fitur help yang mudah & cepat dijangkau oleh penggunanya. Sehingga saat pengguna mengalami kesulitan, maka user bisa langsung mencari di panduan atau fasilitas help. Atau dengan membaca FAQ (frequently answer-question). Lebih baik jika ada helpdesk atau divisi IT untuk membantu user.

Tantangan terbesar yang sering kami hadapi adalah ketika berhadapan dengan user yang tidak terbiasa dengan komputer. Atau kalau pun sudah menggunakan komputer, mereka hanya menggunakan seperlunya saja sesuai dengan pekerjaannya tanpa memperhatikan yang lain. Intinya adalah interaksi minimum dengan komputer. Itu sudah cukup. Dan akhirnya terjebak dalam comfort zone. Ketika aplikasi di-update/upgrade, maka user akan kesulitan beradaptasi dan memahami perubahan.

Apa yang kami lakukan adalah selalu memberikan sosialisasi dan training untuk penggunaan aplikasi yang baru, atau aplikasi yang telah di-update atau upgrade dengan fitur-fitur baru. Ini sangat penting sesuai kondisi sekarang.

Paling senang adalah jika bertemu dengan user yang masih muda dan terbiasa dengan komputer. Mengajarkan mereka jauh lebih mudah, karena mereka mudah memahami & beradaptasi dengan program baru.

Lagi-lagi ini adalah curhat dalam dunia IT yang kami sering alami.