Bagaimana Mengawali Harimu

Bagaimana mengawali hari ini adalah murni sebuah keputusan. Apakah saya akan mengawalinya dengan buruk atau dengan baik. Saya yakin semua orang menginginkan hal yang sama, yaitu hari yang baik. Sayangnya keadaan tidak selalu berpihak kepada kita.

Seperti yang saya awali pagi ini. Ketika pagi ini saya harus sedikit mepet berangkat ke kantor karena pekerjaan rumah tangga. Sayangnya saya menjumpai mobil saya ditutupi oleh sebuah mobil yang parkir paralel dan ternyata di-rem tangan. Saya tidak bisa mendorongnya.

Ada emosi yang meluap di hati, saya pun segera lapor ke satpam. Syukurlah satpam segera bertindak dan tidak melakukan provokasi apa pun sehingga emosi saya terjaga untuk tidak tersulut lebih lanjut.

Baca selebihnya »

Iklan

Nitip Parkir

Menarik menyimak omelan seorang dokter spesialis di group BlackBerry karena tidak mendapatkan parkir di RS. Bisa dimaklumi karena ternyata ada beberapa mobil yang ternyata cuma nitip parkir di RS. Menurut penjaga parkir, beberapa mobil ini bukanlah milik pasien atau dokter atau pegawai RS. Mungkin milik penduduk di sekitar RS. Dan Si Dokter tadi pun memotret mobil liar itu dan mempostingnya di group sebagai bukti.

Omelan dokter tersebut sangat wajar karena singgasana mobilnya dipakai mobil dari antah berantah ini dan karena sedang banyak pasien, maka parkiran RS penuh. Dia pun kesulitan mencari tempat parkir sampai harus mutar 2 kali dan kemudian harus parkir paralel.

Lalu bagaimana mengatasi masalah parkir liar ini? Bagaimana cara petugas parkir mengetahui apakah tamu yang datang adalah pasien atau keluarganya? Apakah harus ditanya apakah akan berobat setiap kali ada tamu yang datang? Kalau pun harus begitu, bagaimana caranya supaya tetap sopan dan tidak membuat tamu tersinggung?

Gaji Sesuai UMR

Mengenai UMR DKI yang baru saja disyahkan oleh Jokowi, saya menjumpai sebuah kasus yang menurut saya cukup memprihatinkan. Jadi ceritanya ada 2 orang bekerja di tempat yang sama. Sebut saja namanya A. Dia sudah bekerja hampir 5 tahun di perusahaan tersebut. Gajinya naik setiap tahun dan sekarang gajinya 2 juta. Sedangkan B baru bekerja beberapa bulan dengan gaji 1.5 juta.

Januari ini mereka naik gaji tahunan. A mendapat kenaikan 15% sehingga gajinya menjadi 2.3 juta. Sedangkan B dinaikkan mengikuti UMR menjadi 2.2 juta.

Saya jadi prihatin melihat dua angka ini. Bagaimana menurut Anda?

Bukan Hari Keberuntungan

Dua hari ini bukan hari keberuntungan bagi saya. Soalnya saya mengalami 2 hari yang apes. Ketidakberuntungan saya dimulai kemarin. Kemarin rencananya saya mau fotocopy desain PCB di kertas transparan. Lha kok kertas transparansinya ketinggalan di apartemen. Tetap nekat, sepulang kerja saya mencari kios fotocopy. Dan ternyata sulit mencari kios fotocopy yang bisa copy di kertas transparans. Kurang lebih sudah 6 kios saya sambangi dan mereka tidak punya transparansinya.

Pada kios ke-6 akhirnya bisa. Tapi ternyata hasilnya jelek. Jalur PCB ada yang terputus atau jalurnya bolong. Saya mencoba minta copy sampai 5 kali tetap jelek semuanya. Hiks.

Sambil pulang berharap ada kios fotocopy lagi, siapa tahu lebih bagus. Benar saja, saya mendapatkan kios fotocopy yang cukup rame. Syukurlah bisa copy ke kertas transparans. Dari 3 copy yang bagus cuma 1. Lumayanlah.

Pulang apartemen langsung mempersiapkan segalanya. Saya memotong PCB dengan mesin bor tapi menggunakan kepala pemotong. Kelihatannya lancar sampai ketika pemotongan berakhir adaptornya meledak. Listrik di apartemen pun padam. Terpaksa ke bawah minta engineer untuk menyalakannya lagi. Dan kegiatan ngoprek pun berakhir.

Hari ini masih melanjutkan ketidakberuntungan saya. Sore ini rencananya saya membuat adaptor sendiri pengganti adaptor yang meledak kemarin. Kebetulan saya punya trafo 500mA yang entah kapan saya belinya. Mungkin 2 tahun lalu. Sampai sekarang belum terpakai. Jadi saya pun mencoba merakitnya menjadi catu daya (power supply).

Sebenarnya rangkaian catu daya ini adalah rangkaian yang sederhana. Mungkin sekarang anak-anak SMP sudah diajarkan untuk membuatnya. Saya pun dengan lancar membuatnya. Nyaris hafal di luar kepala.

Namun ternyata kesederhanaannya itu tidak menjamin kesuksesan perakitan. Setelah semuanya terpasang dan saya test dengan multimeter tidak ada jalur korsleting, saya pun mencoba mencolokkannya ke listrik. Dan… meleduk lagi. Hiks… Kok ya rangkaian sederhana gitu hasilnya meleduk. (*gubrak*) Syukurlah tidak memadamkan listrik apartemen. Tapi rangkaian sudah tidak tertolong, jadi saya buang saja.

Setelah itu saya mencoba mengisi waktu dengan mentransfer desain ke PCB dengan setrika full hot. Hasilnya jelek. Transparansi mlenyeh. Hasil transferan bergeser. Dan jalur mbleber. Ehm, kemarin-kemarin lancar loh. Mungkin karena saya memotong transparansi menjadi kecil? Kemarin-kemarin transparansinya tidak saya potong.

Coba lagi bikin dengan mentransfer dari kertas biasa, bukan dari kertas transparansi. Eh hasilnya tidak jelas. Mungkin kurang lama menyetrikanya. Dan sudah bergeser jalurnya. Wah ternyata 2 hari ini bukan keberuntungan saya.

Sebenarnya sejak kemarin sudah memikirkan untuk menyerahkan pembuatan PCB ke jasa pembuatan PCB. Saya menemukan 3 jasa pembuatan. Sayangnya pemesanan harus dalam kuantitas yang banyak. Ada yang harus lebih dari 10. Untunglah ada yang minimal 5 copy. Saya akan mencoba memesannya ke sana. Memang jatuhnya lebih mahal dari pada bikin sendiri. Tapi PCB buatan profesional pasti lebih rapi. Maklum, kemarin-kemarin bikin PCB sendiri hasilnya tidak rapi.

Jadinya saya memilih jasa outsourcing dalam pembuatan PCB. Tapi saya jangan di-demo yaaa???

Jalan Diseret

Pernah dengar suara sepatu berhak tinggi (high heel) atau sepatu dengan sol keras? Cetok-cetok-cetok… Kalau kebetulan sedang konsentrasi tinggi suara ini sering membuyarkan konsentrasi. Syukurlah lama-lama daku bisa beradaptasi dengan suara sepatu ini.

Tapi yang sampai sekarang belum bisa daku adaptasi adalah ketika ada orang yang jalannya diseret dan sepatunya menimbulkan suara yang tidak nyaman di telinga. Padahal saat kulihat orang yang berjalan tersebut masih muda dan sehat. Tampak tidak ada masalah dengan kesehatannya.

Dari beberapa orang yang jalannya diseret, daku perhatikan orangnya memang tampak loyo, lambat dan seringkali wajahnya kuyu. Semakin daku perhatikan dari hari ke hari, kok jalannya tetap diseret? Mungkin sudah jadi kebiasaan?

Jadi berpikir, apakah jalan diseret ini berhubungan dengan vitalitas seseorang? Apakah yang jalannya diseret dan berisik itu berarti orangnya lambat, loyo, dan malas? Atau tidak ada hubungannya? Atau hanya karena kebiasaan saja? Yang jelas, beberapa orang yang jalannya diseret daku perhatikan tidak ada masalah dengan kesehatan. Hanya saja, ada beberapa kesamaan dari mereka, yaitu lambat & terkesan loyo.