Setup DVB TV uHAT di Raspberry Pi

Sebenarnya pemerintah sudah memaksa para penyiar TV itu untuk melakukan siaran digital terestrial. Dan batas waktu untuk memindahkan siaran analog ke digital seharusnya berakhir di akhir tahun 2018. Siaran digital terestrial ini tentu sangat menguntungkan bagi masyarakat karena akan mendapatkan siaran TV yang sangat jernih di samping adanya informasi tambahan yang bisa didapat (seperti EPG, electronic program guide).

Tapi sepertinya belum semua penyiar serius menindaklanjutinya, terbukti masih banyak penyiar yang belum memiliki penyiaran digital yang stabil (bahkan ada yang mati, hanya bekerja baik di jam-jam tertentu), coverage sinyal belum merata, adanya tulisan “experimental”, dan lain-lain.

Saya menguji coba TV uHAT ini di Raspberry Pi 3B, mengikuti petunjuk di sini dan mencoba front-end webbased untuk konfigurasi. Ada beberapa hambatan memang. Berikut adalah beberapa catatan yang saya buat.

Raspberry Pi 3B + DVB TV uHAT

  1. Tidak ada preset muxes (frekuensi multiplexes) untuk Indonesia. Bisa kok menggunakan preset Default-Auto. Bisa juga menambahkan muxes secara manual.
  2. Sebelum melakukan scanning, edit semua muxes untuk menggunakan delivery system DVB-T2 dan bandwidth 8MHz. Baru kemudian lakukan force scan.
    Untuk mengedit sekaligus semua muxes, lakukan select all (ctrl+A) dan tekan tombol edit. Parameter yang mau diubah harus dicentang, masukkan nilainya, tekan tombol Save.
  3. Catatan tambahan, untuk mendapatkan Nexmedia, tambahkan muxes secara manual di frekuensi 290MHz, delivery system DVB-T2 dan bandwidth 7 MHz. Lakukan scan, maka akan muncul banyak services. Hanya saja hampir semua service terenkripsi, kecuali Nex SCTV. Kita cuma bisa nonton Nex SCTV.
  4. Kalau terdeteksi siaran, maka akan ditampilkan sebagai services.
  5. Setelah dapat beberapa services, lakukan mapping supaya bisa tampil di end user.
  6. Memainkan langsung di Raspberry Pi yang dipasangi TV HAT bisa menggunakan VLC. Saya lebih suka Raspberry Pi digunakan sebagai server streaming saja. Untuk menontonnya bisa menggunakan Raspberry Pi yang lain, tablet/iPad, smartphone Android, atau dari Laptop/MacBook.
  7. Untuk streaming dibutuhkan koneksi yang cepat. Saya menggunakan koneksi tethering dari smartphone ternyata kadang lancar kadang lambat. Sepertinya karena banyak lalu lintas internet juga di jaringan tethering. Jadi kalau lagi penuh bisa bikin siaran nge-lag.
  8. Kalau siarannya putus-putus, maka banyak hal yang perlu diselidiki: mungkin memang siarannya jelek sinyalnya, muxes memang tidak bekerja, koneksi jaringan lambat (seperti saya yg menggunakan tethering), atau bisa jadi Raspberry Pi-nya terbebani.
  9. Kalau saya cek di Raspberry, untuk keperluan streaming tidak membutuhkan banyak processing CPU. Seringkali di bawah 10% penggunaan CPU. Tapi memang dibutuhkan jaringan yang cepat karena data yang di-streaming besar.

Baca selebihnya »

Iklan

Ada 10 Alasan Saya Menyukai CHIP dan 1 Alasan Untuk Membencinya

Ketika C.H.I.P kampanye di Kicstarter pada Mei 2015, menurut saya itu sebuah SBC yang sangat keren. Walau pun tidak lebih hebat dari Raspberry Pi, tapi dia lebih kecil dan siap dioprek. Jadi saya pun memantau perkembangan kampanyenya di Kickstarter. Barulah pada bulan Februari 2016 saya memesannya. Walau pun kemudian baru menerimanya November 2016. Lama banget ya?

Namun begitu, bagi saya CHIP ini sangat menyenangkan. Saya punya 10 alasan untuk menyukai CHIP ini, yaitu:

  1. Kecil. Pada tahun 2015 belum banyak SBC yang punya form factor sekecil ini. Bahkan saat itu Rasberry Pi Zero belum lahir (Raspi Zero baru launching bulan Nov 2015).
  2. Header Female. Tidak seperti keluarga Raspberry Pi dan para penirunya, CHIP datang dengan header female. Bagi pengoprek Arduino tentu sangat senang mendapati header seperti ini, karena tinggal colok kabel jumper. Shield untuk CHIP akan menancap sangat kokoh, berbeda dengan HAT/pHAT di Raspi yang harus dibaut.
  3. Tulisan di header. Di header CHIP ada label nama pin. Kalau Arduino label tertulis di board, kalau CHIP tertulis di header-nya langsung. Sedangkan keluarga Raspberry Pi tidak ada tulisannya sama sekali.
  4. Punya pin lengkap. Lihat saja header-nya yang sampai 2 deret. Sebagian bahkan didedikasikan untuk koneksi ke LCD. Pin i2c bahkan punya 2 set. Tidak ketinggalan 1 buah pin analog. Masih kurang? CHIP memiliki IO expander yang menambahkan 8 pin digital tambahan yang bahkan punya fitur interrupt/edge. Oh iya, speaker juga disediakan pin-nya. Lengkap ya?
  5. Punya controller battery. Menurut saya ini keren banget. Artinya CHIP siap ditenagai baterai. Kontroler ini cukup lengkap fiturnya, dari deteksi keberadaan baterai, tegangan baterai, pemakaian arus, arus pengisian dan suhu sistem. Walau pun sudah ada proteksi pengisian, kita bisa membuat program untuk proteksi sendiri. Pengisian baterai bisa dilakukan dengan menyambungkan CHIP ke charger via port Micro USB.
  6. Sudah ada Wifi + Bluetooth. Dengan bentuknya yang kecil, CHIP sudah dibekali Wifi versi b/g/n & Bluetooth 4.0. Bahkan Raspberry Pi Zero versi awal yang datang belakangan tidak memiliki Wifi & Bluetooth build-in. Barulah kemudian versi revisinya Raspi Zero sudah menambahkan Wifi & Bluetooth.
  7. Sudah punya storage build-in dan OS. Pada versi awal besarnya storage 4 GB. Sedangkan produksi berikutnya menggunakan NAND Flash Toshiba sebesar 8 GB. Hiks… saya dapat yang 4 GB.
  8. Flasher berbasis web. Kalau OS di CHIP rusak, atau jika Anda ingin mengganti OS-nya, maka CHIP menyediakan flasher OS berbasis web. Cara nge-flash-nya juga gampang, sudah ada petunjuk yang jelas. (CHIP Flasher).
  9. Murah $9. Untuk mendapatkannya, Anda cukup merogoh kocek $9. Jika dibandingkan Arduino, tentu jadinya sangat murah kalau dilihat dari price to performace ratio.
  10. Tersedia aksesoris resmi. Sebut saja adapter VGA, adapter HDMI, Pico-8, dll. Kalau mau, Anda bisa membeli board & display untuk membuat PocketCHIP sendiri.

Baca selebihnya »

Merapikan Penyimpanan Source Code

Rupanya saya sudah mulai harus merapikan penyimpanan source code dari proyek-proyek elektronika saya. Kenapa? Karena saat ini saya coding di beberapa device, yaitu:

  1. MacBook Air. Ada beberapa proyek yang saya program dari MBA ini. Sayangnya MBA pernah bermasalah dengan Wemos D1 Mini yang menggunakan driver CH340. Ini adalah chip yang bertanggung jawab menghubungkan komputer dengan Wemos D1 Mini sehingga kita bisa meng-upload program ke Wemos. Kalau Wemos D1 mini dicolokkan ke MBA, maka laptop langsung crash. Jadi saya tidak menggunakan MBA lagi untuk coding proyek elektronika, karena ternyata Arduino Uno versi cloning juga menggunakan CH340. Baru kemudian saya nemu solusi ketidakcocokan MacOS dengan CH340. Dan ironisnya solusi ini baru ada setelah beberapa tahun. Namun terlambat, saya sudah banyak coding di device lain.
  2. Laptop Acer kuno. Ini adalah laptop kuno saya. Sudah pensiun. Source code sudah saya backup ke harddisk external.
  3. Raspberry Pi. Ya… saya memang menggunakan Raspi untuk coding beberapa proyek, termasuk salah satunya adalah Radio Touchscreen. Masalahnya saya aktif coding di 2 Raspberry Pi. Satu Raspi dengan casing hitam dimana saya banyak coding untuk Arduino, Wemos, Nano, Micro, dll. Sedangkan satu Raspi yang telanjang dimana saya gunakan untuk coding beberapa proyek yang membutuhkan modul external seperti display TFT Touchscreen, dll. Untungnya saya tidak menggunakan 2 Raspi lain sebagai basis development. Saya masih punya Raspi Zero W dan Raspi model B versi pertama. Keduanya belum sempat saya oprek, hehehe…
  4. CHIP. Belakangan saya sering ngoprek CHIP. Sejatinya saya senang ngoprek CHIP ini. Sayangnya ngoprek CHIP ini seperti tidak punya masa depan, karena CHIP versi original sudah tidak dijual oleh NextThingCo. Sekarang NTC jualan PocketCHIP dan CHIP Pro saja. Di websitenya cuma ditulis kalau CHIP akan hadir kembali dengan CPU GR8. Tapi sudah lama berselang tidak keluar juga. Kemarin dapat info kalau ada startup baru yang membuat cloning CHIP, yaitu: Popcorn Computer. Konon pinout-nya sama dengan CHIP. Namun sayangnya Popcorn Computer ini terlalu mahal. Di situ tertulis $99 untuk 2 buah. Beda banget dengan CHIP yang cuma $9.
  5. Notebook Asus. Saya juga coding di laptop ini. Tidak banyak sih. Secara ini laptop milik kantor. Seingat saya, saya coding  Radio Mini dengan Wemos D1 Mini di laptop ini. Oh iya, hampir lupa, antrian wemos dan IoT dengan wemos ada di sini juga. Ini gara-gara MBA saya tidak bisa berkomunikasi dengan Wemos.

Nah, banyak kan? Belakangan saya sering bingung, code proyek ini dimana ya? Saya harus mengingat alasan-alasan mengapa saya harus coding di salah satu perangkat saya di atas, baru kemudian saya teringat. Hahaha…

Baca selebihnya »

CHIP OLED Radio Internet (versi 3) | Vlog

Ini masih membahas CHIP OLED Shield untuk C.H.I.P. Kali ini adalah contoh aplikasinya. Dan lagi-lagi saya membuat Radio. Bahkan ini berarti versi ke-3 untuk radio internet CHIP (baca: C.H.I.P Radio Internet versi 2). Ini karena saya menggunakan CHIP yang sama saat saya ngoprek radio internet sebelumnya.

Hanya saja, kali ini saya melakukan beberapa perbaikan, yaitu:

  1. Yang pertama sangat jelas, saya menggunakan CHIPOLED Shield. Yang berarti saya menggunakan display OLED mungil namun sangat jelas tampilannya dan hemat dayanya.
  2. Karena menggunakan CHIPOLED Shield, maka saya leluasa membuat kontrol untuk radio karena shield ini sudah dibekali dengan 5 buah tombol.
  3. Berbeda dengan sebelumnya yang menggunakan library vlc, untuk engine streaming kali ini saya menggunakan mpd/mpc. Terus terang saya mencontek cara yang digunakan oleh piradio.

Berikut adalah video-nya:

Baca selebihnya »

Mendesain User Interface Radio FM Touchscreen

{Posting ini adalah lanjutan dari “TouchRadio Berhasil!”, “TouchRadio Gagal?”, “Ngoprek TouchRadio Yuk?”}

Masih ingat proyek TouchRadio tempo hari kan? Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan-tulisan tersebut. Kali ini fokusnya adalah di user interface. Karena saya menggunakan LCD TFT 2.8″ Touchscreen, maka saya bisa mendesain tampilan (user interface) yang lebih atraktif. Dan lagi tidak perlu menambahkan tombol-tombol fisik karena kita bisa menggunakan fitur touchscreen-nya.

Saya pun dengan leluasa bisa merombak tampilannya. Kalau tadinya sederhana saja, serba kotak, maka kali ini saya buat lebih menarik dan sebebas-bebasnya. Namun menjadi sedikit kepenuhan karena kemudian saya menambahkan modul RTC DS3231 sehingga saya bisa menampilkan tanggal dan jam. Dan tentu saja harus ada fitur untuk mencocokkan tanggal dan jam.

Namun saat ini saya sudah merasa cukup puas dengan desain user interface-nya.

Selanjutnya yang bisa dikerjakan adalah:

  1. Memindahkan semua komponen ke PCB. Sepertinya cukup pakai perfboard saja. Rasanya males bikin PCB custom, kan cuma dibikin 1 unit saja, kecuali kalau mau diproduksi masal, hehehe… Sedangkan kalau pakai breadboard tidak handal, rawan terganggu koneksinya kalau dipindah-pindah.
  2. Menambahkan fitur alarm. Saat ini sedang googling bagaimana memanfaatkan fitur Alarm1 dan Alarm2 di DS3231. Bakal seru kalau pagi-pagi dibangunin lagu-lagu dari radio.
  3. Mengubah tampilan Off menjadi lebih elegan. Rencananya sih semua tampilan radio dan jam hilang. Cuma tersisa tampilan Tanggal dan Jam yang besar memenuhi layar, tentu saja plus tombol besar untuk On.
  4. Pengen bisa menambahkan relay untuk mematikan modul PAM8403 dan Si4703 saat Off. Jadi lebih hemat daya sekaligus bisa lebih hening. Mungkin ini jadi sedikit lebih ribet secara pin Arduino Uno sudah terpakai semua. Oh iya, masih tersisa D1. Sedangkan D0 sudah terpakai untuk reset-nya Si4703. Sepertinya masih bisa menambahkan relay. Cuma mungkin relay-nya yang elektronik saja ya? Kalau yang mekanik mungkin jadi boros tempat.
  5. Mendesain box radio. Ini yang rada sulit secara keterbatasan peralatan dan material untuk membuat box/case yang keren. Tempo hari sempat membuat box dengan kotak generik tapi hasilnya kurang rapi. Mungkin untuk demo bisa menggunakan kardus ya? (Baca: Simple CardBoard Radio). Idealnya sih bikin box pakai printer 3D ya? Ahhh indahnya kalau punya printer 3D.

Ah pengen segera weekend untuk bisa ngoprek lagi. Tunggu update selanjutnya yaaa… Sampai jumpa.

NB: Kalau ada pertanyaan atau masukan silakan dituliskan di bagian komentar di bawah. Saya akan jawab jika sempat (dan niat).