Anda Pemarah?

Melihat situasi kondisi belakangan ini, nampaknya masyarakat kita itu mudah sekali marah. Sedikit-sedikit marah, sedikit-dikit marah, hingga akhirnya jadi marah berjemaah.

Saya jadi ingat nasehat teman lama tentang kemarahan. Suatu saat dia bertanya kepada saya bagaimana caranya menangkap kepiting? Bagi saya, kepiting besar dengan sepasang capit kuatnya adalah mengerikan. Terbayang kan sakitnya jika sampai tangan terjepit capit besarnya? Melihatnya saja sudah ngeri, apalagi disuruh menangkapnya? Hiii…

(Gambar diambil dari Wikipedia)
(Gambar diambil dari Wikipedia)

Teman saya cuma bilang, gampang kok cara menangkapnya! Saya pun penasaran bertanya bagaimana caranya.

Rupanya caranya mudah. Begini kata teman saya, ambil tongkat dan ganggu kepiting tersebut sampai dia marah. Ketika kepiting tersebut marah, dia akan mencapit tongkat dengan sangat kuatnya dan tidak akan melepaskannya. Yang kita lakukan kemudian terserah kita. Angkat tongkat tersebut dan masukkan ke kuali dan masak saja kepiting tersebut. Jadilah kepiting itu santapan nikmat.

Teman-teman… membuat marah orang itu ternyata gampang juga loooh… Dan ketika sudah marah, terserah Anda…

Iklan

Melihat Kebaikan Hati Orang

Pagi itu saat saya bersepeda, di depan saya melihat seorang bapak yang nampaknya juga sedang berolah raga sepeda menghentikan sepedanya. Dia berhenti dan memberikan sebuah bungkusan kepada seorang nenek renta di pinggir jalan. Dan sang nenek terlihat begitu gembira menerima bungkusan itu.

Bapak pesepeda yang memberikan bungkusan itu juga tampak bahagia raut wajahnya. Dia tidak mengira kalau saya memperhatikannya dan menjadi saksi kebaikan hatinya. Sampai kemudian sepeda saya melewati mereka.

Baca selebihnya »

Potret Kehidupan

Setiap kali perjalanan pulang dari kantor, di suatu titik jalan yang dilewati, saya selalu menyaksikan suatu hal yang sama setiap hari. Yaitu seorang bapak yang duduk di pinggir jalan dengan seorang anak rebahan di pangkuannya. Nyaris setiap sore saya menyaksikan pose itu. Sang Bapak seperti sedang memijat leher anaknya. Sedangkan Si Anak selalu rebahan di pangkuannya. Mungkin tertidur.

pemulung

Pernah saya lihat 2 orang pengedara motor berhenti dan bercakap-cakap dengan Si Bapak. Tetapi di hari selanjutnya saya tetap menyaksikan Si Bapak+Anak dengan pose yang sama di tempat yang sama. Sampai kemarin sore pun saya masih melihat mereka di sana.

Melihat kantong besar yang selalu teronggok di sampingnya, saya menduga Si Bapak berprofesi sebagai pemulung. Mungkin Bapak+Anak ini bekerja seharian dan sore harinya beristirahat di pinggir jalan. Walau pun demikian, mereka bukanlah pengemis yang menengadahkan tangan berharap seseorang memberinya uang. Hanya saja mereka beristirahat di pinggir jalan yang ramai.

Engkau Selalu Ada Di Sampingku

{ Hehehe… pagi ini dapat kulakan cerita. Perkenankanlah daku menceritakannya lagi di sini. Tentu dengan gaya bahasaku sendiri }

Seorang suami tergolek lemah di sebuah rumah sakit, ditemani istrinya yang setia. Sang suami merasa tidak ada harapan hidup lagi, sehingga dia pun berdialog dengan istrinya.

“Istriku…” katanya lemah.

“Ada apa, Suamiku?” balas sang istri dengan setengah berbisik karena duka.

“Ingatkah engkau saat kita menikah?” tanya sang suami disambut anggukan lembut istrinya.

“Engkau ada di saat aku miskin, tidak punya apa-apa.” Sang istri mendengarkan dengan penuh haru.

“Engkau ada di saat aku bermasalah dengan kantor. Engkau ada di saat aku di PHK. Engkau ada di saat aku terpuruk. Engkau ada di saat semua temanku meninggalkanku. Engkau ada di saat aku terlibat dengan semua masalah dan hutang.”

“Dan engkau ada di sini sekarang saat aku sedang sakit dan hampir mati.”

Sang istri pun menjadi sangat terharu dan terisak-isak.

Baca selebihnya »