Kalau ada smartphone berarti ada pula stupidphone. Nah, saya punya keduanya. Namun yang perlu saya garis bawahi adalah smartphone saya ini seringkali bertingkah stupid. Contoh, baterainya boros banget, mungkin sehari perlu 3x nge-charge. Kalau tidak di-charge, dia akan ngambeg, tidak bisa dipakai karena mati. Kalau sudah mati, dia jadi kayak smartphone yang stupiddd…
Dan lagi, dia itu tidak smart-smart banget. Katanya bisa ini-itu, kecepatannya segini-segitu, tapi seringkali mikirnya kelamaan. Beberapa kali saya restart paksa (cabut baterai) karena mikirnya kelamaan bahkan sering sampai hang.
Baiklah, mungkin smartphone saya bukanlah yang ter-smart. Mungkin perlu cari model baru yang lebih smart. Tapi selama baterainya cuma mampu beberapa jam, ya masalahnya tetap sama: smart tapi suka ngambeg, stupid juga jadinya.
Sedangkan stupidphone saya berlaku sebaliknya. Dia low-profile sampai-sampai saya sering lupa kalau saya punya dia. Terus terang jarang saya pakai kecuali hanya untuk terima telpon dari kantor.
Ditambah baterainya yang awet. Sekali ngisi bisa tahan seminggu lebih. Malah seringkali saya lupa sudah berapa lama tidak di-charge. Beberapa kali saya tidak sadar kalau stupidphone saya ini sudah mati karena kehabisan daya. Saya lupa mengecek baterainya, mungkin sudah 3 minggu tidak saya charge.
Di sisi lain, dia memang benar-benar stupid. Dia hanya bisa telepon dan sms. Dia tidak bisa nyambung ke internet. Tambah stupid karena keypad-nya tidak enak ditekan. Sekali tekan bisa 2 tombol tertekan sekaligus.
Satu-satunya kepintaran dia adalah karena layarnya sudah berwarna walau pun resolusinya rendah sekali. Namun saya harus puji dia karena daya tahan baterainya. Satu-satunya masalah hanyalah karena kadang dia restart sendiri. Tapi yang jelas dia jarang sekali ngambeg karena kehabisan daya.
Suatu waktu saya pernah ingin sekali mengganti stupidphone saya ini dengan smartphone. Tapi kok bisa jadi malah tambah merepotkan saya dengan masalah baterai. Maklum, semakin pintar sebuah smartphone semakin boros dayanya. Kalau punya 2 smartphone berarti harus mengelola 2 hidup smartphone. Repot.
Teman-teman banyak yang pakai powerbank atau mobile-charger atau istilah-istilah keren yang lain. Bagi saya, solusi tersebut merepotkan saja. Saya ingin praktis, tapi jadinya ketambahan barang bawaan. Belum lagi powerbank seperti itu harus di-charge juga. Ogah, saya males repot.
Saya sering berkelakar ke teman-teman yang punya beberapa smartphone, mendingan bawa aki sekalian biar bisa nge-charge beberapa smartphone-nya sekaligus.
Ini curhat saya, apa curhat Anda?