Premium Dua Harga

Konon pemerintah akan memberlakukan 2 harga premium akhir bulan April ini. Harga Rp 4.500/liter untuk sepeda motor, angkutan umum dan barang. Sedangkan Rp 6.500/liter untuk mobil pribadi.

Kebetulan sore tadi ketemu blogger gaek dan saya pun ngobrol tentang hal ini. Blogger gaek ini bilang, seandainya kebijakan ini berjalan, maka dia akan memanfaatkan angkutan umum untuk beli bensin. Dengan memenuhi tangki bensin seharga Rp 4.500 untuk kemudian dimasukkan ke mobil pribadinya.

Seberapa besar penghematan yang bisa dilakukan? Jika sehari dibutuhkan 20 liter bensin untuk operasional, maka berikut penghematannya: Rp 2.000/liter × 20 liter = Rp 40.000. Coba saja kalikan 25 hari, maka akan didapat penghematan Rp 40.000 × 25 hari = Rp 1.000.000. Lumayan tho?

Itu jika bermain cara halus. Jika ingin bermain kasar, bisa saja dilakukan penimbunan, yang tentu saja bisa meraup lebih banyak keuntungan dari selisih harga tersebut. Saya kok yakin bakal banyak oknum yang menyiasati 2 harga ini. Mungkin ada cara yang lebih lihai lagi.

Nampaknya pemerintah perlu mengkaji ulang kebijakan 2 harga premium.

Iklan

Premium Oplosan

Saat liburan di Semarang kemarin saya menjumpai mobilnya anak-anak ndut-ndutan, tidak enak dipakai. Kalau nanjak jadi ngeden kehilangan tenaga. Padahal awal bulan sudah diservis besar. Saya menduga ada yang salah dengan businya. Setelah dilihat di nota servis, busi sudah diganti baru.

Saya pun meminta sopir untuk menservis di kemudian harinya. Apa yang terjadi? Kepala bengkel menelepon saya dan bilang kalau businya bermasalah. Lha tapi kan baru saja diganti di awal bulan? Jawaban kepala bengkel sungguh mengejutkan karena bermasalahnya busi disebabkan oleh premium yang di bawah spesifikasi standar. Jika seharusnya memiliki oktan 87 ternyata didapati di bawah 80. Weks…

Karena penyebab kerusakan karena faktor eksternal, maka penggantian busi dikenakan ke konsumen. Kepala bengkel kemudian merekomendasikan penggunaan pertamax. Kata kepala bengkel lagi, masalah jeleknya kualitas bahan bakar ini pernah dimuat di kompas. Saya sendiri belum sempat mengeceknya. Tapi memang saya pernah dengar masalah kualitas bensin. Hanya saja baru kali ini saya mengalaminya sendiri.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca kasus rusaknya saringan dan pompa bensin yang dialami oleh banyak mobil terkait rendahnya kualitas bensin. Belum lama malah membaca bengkoknya stang piston beberapa mobil yang diduga karena masalah bensin juga.

Jika memang demikian, apa bentuk tanggung jawab dari pertamina? Sejauh ini tidak ada langkah kongkret dari Pertamina. Padahal beberapa lembaga independen atau perorangan memang mendapati rendahnya kualitas premium. Bahkan di bawah spesifikasi standar yang sebenarnya memang sudah rendah.

Mungkin ini sabotase? Atau memang supaya masyarakat beralih ke pertamax? Soalnya premium memang bahan bakar yang disubsidi pemerintah dan jatah subsidi sudah habis. Ah, entahlah. Yang jelas masyarakat memang banyak dirugikan. Mungkin sudah banyak orang yang bermasalah dengan mobilnya karena buruknya bahan bakar, tapi mereka lebih senang menerima apa adanya. Toh mereka sudah mendapat subsidi?