Pengalaman bertemu Ping merupakan pengalaman yang buruk. Apa yang dilakukannya boleh disebut sebagai social engineering atau bisa diterjemahkan sebagai “rekayasa sosial.” Ketika hacker mengalami kesulitan saat membobol sistem target, maka hacker bisa melakukan manipulasi psikologis terhadap orang-orang yang ada di dalam sistem. Sebagai informasi, sebuah sistem informasi tidak hanya terdiri dari hardware, software, dan jaringan, tetapi juga brainware alias otak manusia.
Berikut definisi Social Engineering menurut Wikipedia:
Social engineering, in the context of information security, refers to psychological manipulation of people into performing actions or divulging confidential information. A type of confidence trick for the purpose of information gathering, fraud, or system access, it differs from a traditional “con” in that it is often one of many steps in a more complex fraud scheme.
The term “social engineering” as an act of psychological manipulation is also associated with the social sciences, but its usage has caught on among computer and information security professionals.
Atau jika saya coba terjemahkan bisa diartikan sebagai:
Rekaya sosial, dalam konteks keamanan informasi, merujuk ke manipulasi psikologi dari orang-orang untuk melakukan aksi atau membocorkan informasi rahasia. Sebuah tipe dari penipuan untuk keperluan mengumpulkan informasi, penipuan, atau akses ke sistem, yang berbeda dari “con” tradisional yang mana kadangkala merupakan satu dari banyak langkah dalam skema penipuan yang kompleks.
Istilah “rekayasa sosial” sebagai sebuah tindakan manipulasi psikologis juga berhubungan dengan ilmu pengetahuan sosial, tetapi penggunaannya terjadi di antara profesional komputer dan keamananan informasi.
Lebih lanjut, jenis-jenis rekayasa sosial ini bisa dibaca di Wikipedia.
Lalu apa yang terjadi? Baiklah, saya coba kembali mengingat apa yang telah terjadi yang melibatkan Ping si Hacker Pink.