Bekerja Pakai Sepatu Olahraga

Ketika daku ke kantor menggunakan sepatu olahraga nampaknya menjadi perhatian khusus dari teman-teman, apalagi karena warna kontras banget, yaitu biru. Tentu saja komentar-komentar yang masuk beraneka ragam. Salah satunya adalah dianggap meniru Dahlan Iskan atau Atut yang lebih dulu sering menggunakan sepatu olahraga atau kets ke kantor.

Namun sebenarnya daku bukan mengikuti gaya mereka. Sebenarnya daku malah tidak pede saat menggunakan sepatu OR-ku. Apalagi seringkali tidak matching warnanya dengan bajuku.

sepatu-kerja

Kalau daku pakai sepatu OR ke kantor itu adalah karena sepatu kerjaku jebol, padahal umurnya belum ada setahun, hiks… Mungkin karena daku sering jalan kaki dan bobotku sedang naik sehingga beban sepatu jadi berat. Apalagi sejak Marooney terjual sehingga sementara waktu daku harus naik angkutan umum yang ternyata ada porsi jalan sehatnya. Mungkin juga sepatuku bukan yang awet.

Tapi pakai sepatu OR jadi lebih nyaman. Selain lebih empuk, juga enak dibuat jalan kaki. Langkah jadi ringan. Tidak heran jika Dahlan Iskan atau Atut lebih senang pakai sepatu OR dalam bekerja. Tentu saja karena mereka lebih aktif dalam kegiatan bekerjanya.

Mungkin daku harus beli sepatu OR yang warnanya hitam agar tidak terlalu mencolok ketika dipakai untuk kerja ya?

Iklan

Kisah Sebuah Sepatu Ultimatum

Sepatu saya, yang sudah beberapa tahun menemani saya bekerja sudah jebol. Sol sepatunya terbelah dari kiri ke kanan. Terbelahnya di kedua sisi sepatu. Imbang. Sudah beberapa bulan saya memakai sepatu yang terbelah itu.

Yang kemudian saya renungi, kok ya saya betah pakai sepatu terbelah itu? Selama beberapa waktu itu saya sudah membeli sekitar 4 gadget yang harganya lumayan, tetapi kenapa tidak untuk membeli sepatu baru? Rupanya saya lebih mengutamakan pembelian gadget dari pada sepatu kerja. Hufff dasar orang IT.

Sampai suatu saat Ibunda memberikan ultimatim, jika saya tidak segera membeli sepatu, maka Ibu yang akan membelikan sepatu. Horeee… Ups!!! Mungkin kalau saya masih SD tentu senang kalau dibelikan sepatu baru oleh Ibu. Tapi saya kan sudah dewasa, mandiri, dan punya penghasilan sendiri, masak masih dibelikan Ortu? Ehm, sejatinya beberapa waktu yang lalu saya dibelikan sepatu OR Ibunda tercinta sebagai hadiah ultah, hehehe…

Dapat dimaklumi, Ibunda sangat prihatin melihat sepatu yang sudah butut dan terbelah itu. Padahal saya makainya juga santai & cuek-cuek saja, hehehe…

Akhirnya saya pun membeli sepatu. Bingung milihnya. Biasanya kan dipilihin Sisi atau kakak atau teman. Atau paling tidak ada seseorang yang bisa dimintai pendapat. Jadilah saya milih yang murah saja, soalnya yang bagus itu mahal, hahaha… Sudah murah didiskon 2× pula, hahaha…

Sepatu Ultimatum
Sepatu Ultimatum

Yang saya suka, ternyata sepatu baru ini nyaman dipakai. Rasanya nge-plak alias ngepas. Berbeda dengan pengalaman membeli sepatu sebelumnya yang pasti bikin sakit pertama kali pakai, yang ini tidak bikin sakit. Memang saya baru pertama kali beli sepatu merk ini. Seneng deh…

Beli Sepatu Bonus Pengaman

Entah benda ini apa namanya, tapi fungsinya untuk pengamanan barang-barang yang dijual di mall terhadap upaya pencurian. Pengaman ini akan dilepas saat kita membayar barang yg kita beli di Kasir.

Kalau misalnya ada seseorang berniat untuk tidak membayar dan kemudian membawa benda dengan pengaman ini melewati detector di pintu keluar, maka alarm akan berbunyi. Dan tentu saja mengundang satpam untuk menangkap orang itu.

Sepatu dengan Pengaman
Sepatu dengan Pengaman

Suatu saat kami membelikan Axel sepatu. Ternyata pengaman ini lupa dilepas oleh Kasir. Alhasil pengaman ini tetap nempel di sepatu Axel. Syukurlah tidak ada alarm yang berbunyi saat kami keluar. Dan kami baru sadar kalau pengaman ini belum dilepas saat kami sudah sampai rumah. Balik lagi ke mall untuk melepasnya? Hehehe… tentu saja malas donk. Belum lagi kalau ada prasangka macam-macam. Ya tho?

Pengaman itu
Pengaman itu

Akhirnya daku mencoba melepaskannya sendiri. Rupanya sulit. Harus pakai magnet seperti di kasir mall itu. Alhasil terpaksa daku gunting sedikit lidah sepatunya. Hiks… jadi tidak bagus lagi sepatunya. Namun apa boleh buat.

Kehilangan Sandal

Cerita kehilangan sandal tidak selalu terjadi di masjid atau pun mushola. Karena pada suatu saat daku mengantarkan istri ke dokter gigi, ternyata pasien sebelum kami kehilangan sandalnya. Si bapak yang kehilangan itu sempat mencurigai daku satu-satunya cowok yg tertinggal di tempat antri dokter. Tapi setelah meyakinkan dirinya dengan memandang sandal yg kupakai bukan sandalnya, kemudian dia menemukan sepasang sandal yg tertinggal. Rupanya itu sandal milik pasien sebelum bapak ini. Mungkin tertukar.

Si bapak sempat sewot dan bertanya ke dokter siapa pasien sebelumnya. Apa dikata sang dokter tidak tahu nama & alamat pasiennya. Hem… rupanya si dokter belum menerapkan sistem medical record. Prospek nih. Hahaha…

Kemudian si bapak pulang dengan sedih. Mungkin sandalnya yg hilang adalah sandal mahal. Sandal yg tertinggal itu tidak dipakainya dan dia memilih pulang dengan nyeker (tanpa alas kaki).

Baca selebihnya »