FB dengan Interface Baru

Bagi saya, tampilan FB yang baru sangatlah menarik. Walau pun setelah menikmatinya beberapa saat, saya menjumpai browser menjadi lambat. Dan nampaknya FB baru membutuhkan bandwidth yang cukup supaya bisa beroperasi dengan baik. Bisa jadi bumerang bagi fakir bandwidth nih.

Dari hasil diskusi dengan beberapa teman, terbetik kesimpulan kalau FB baru ini adalah langkah antisipatif terhadap kelahiran Google+. Namun kalau kita coba menggunakan Google+, nampaknya Google+ belum bisa menjadi pesaing berat FB. Hingga saya pun berkesimpulan kalau FB baru ini mungkin bertujuan untuk membunuh twitter.

Dan bisa jadi kesimpulan saya ini benar karena FB membuat beberapa fitur baru yang sebenarnya idenya berasal dari twitter. Seperti misalnya feed status (timeline) yg realtime dengan tampilan minimalis di sisi sebelah kanan (sidebar). Kini untuk mengomentari status orang lain bisa dilakukan juga lewat side bar ini. Praktis.

Fitur baru yang lain adalah kemampuan seseorang untuk memantau status (timeline) dari orang lain tanpa perlu menjalin pertemanan. Syaratnya adalah orang yang ingin diikuti harus meng-enable fasilitas ini. Setelah itu setiap orang dapat mengikuti statusnya tanpa perlu resmi jadi teman. Ini twitter banget.

Pertanyaan selanjutnya adalah: apakah FB sanggup menggerus twitter? Menurut pendapat saya, bisa jadi belum. Alasannya sederhana, yaitu karena twitter itu menekankan aspek kesederhanaannya. Justru itu yang menarik penggunanya untuk setia menggunakan twitter. Sedangkan FB dengan fasilitas twitter justru membuat FB tidak bisa menjadi lebih sederhana lagi. Justru semakin kompleks dan membutuhkan komputer & bandwidth yang lebih tinggi lagi.

Jadi twitter belum akan tergerus pangsanya oleh FB baru. Bagaimana menurut pendapat Anda?

Jejaring Sosial di Perusahaan

Semenjak FB menjadi sedemikian populer dan merasuk ke hati masyarakat, ternyata penggunaan jejaring sosial terkenal di dunia ini tidak mendapat restu dari banyak perusahaan. Banyak perusahaan yang menganggap FB mengganggu kinerja karyawan perusahaannya karena penggunaan FB yang berlebihan di jam kerja. Tidak sedikit perusahaan yang kemudian mem-blokir penggunaan FB di jaringan internet mereka.

Nasib sial situs jejaring sosial ini juga diikuti jejaring sosial mikro terkenal Twitter yang juga diblokir pemakaiannya di banyak perusahaan. Alhasil banyak karyawan mengakses 2 piranti jejaring sosial ini dari koneksi alternatif, sebut saja dari ponsel (dan ponsel cerdas), blackberry, mau pun tablet. Sebagian lagi memilih menggunakan koneksi rumah atau dari warnet.

Namun belakangan ini banyak perusahaan yang mulai memanfaatkan 2 jejaring sosial paling populer ini untuk berpromosi, membangun imaji merek atau sebagai media relasi publik. Terbukti penggunaan media jejaring sosial ini begitu efektif dalam menjaring hati masyarakat.

Baca selebihnya »

Twitter is over capacity

Meskipun punya akun di twitter, daku jarang sekali login ke twitter. Bagiku, twitter yang disebut sebagai micro blogging dan jaringan sosial berbasis sms ini bukan mainan yg mengasyikkan. Namun sesekalinya mencoba login, ternyata muncul pesan “Twitter is over capacity.” Penasaran akan hal ini, maka daku pun mencari tahu kenapa Twitter bisa over capacity.

Twitter is over capacity
Twitter is over capacity

Masalah TIOC (Twitter is over capacity) ini sudah lama muncul. Dan ternyata sampai sekarang masih muncul. Hem… apakah tidak ada perbaikan? Seharusnya sih ada ya? TIOC ini muncul karena server Twitter kelebihan beban. Seperti kita tahu, Twitter ini bisa diibaratkan sms via internet. Meskipun jumlah karakter pesannya dibatasi, tapi ternyata banyak sekali pengguna yg mengirimkan pesan & kemudian berbalas pesan dan saling mengikuti antara 1 user dengan user lain. Tidak jarang banyak orang yang mantengin Twitter sehingga terjadi penumpukan pengguna.

Saking banyaknya lalu lintas data ini, kemudian server aplikasi Twitter tidak mampu memproses request lagi dan melemparkannya (redirect) ke halaman 503 (503 Service Unavailable).

Penanganannya memang tidak mudah karena harus mengevaluasi infrastruktur server Twitter. Dan yang bisa kita lakukan hanyalah mencobanya lagi. Kalau masih belum bisa, tunggu beberapa saat dan coba lagi. Masih belum bisa juga? Sudah berdoa belum? Kalau daku sih langsung ngabur aja & beralih ke mainan lain. Hihihi…

~~~

Terkait:
~ Twitter (Mbak Wiki)
~ “Why Twitter is Over Capacity ? The Truth” (ThePicky)

People Are Personal Again

Saya cukup terkesan dengan tagline HP yang berbunyi “The Computer is personal again.” Seakan kita diingatkan bahwa komputer sebenarnya personal, seperti ketika dia lahir sebagai PC (personal computer).

Namun saya tidak hendak menulis tentang tagline keren ini, tapi tentang masyarakat dan tren yang sedang berkembang saat ini, yaitu tentang jaringan sosial alias social network. Seperti kita tahu, belakangan aplikasi web 2.0 dan jaringan sosial telah menjadikan setiap orang menjadi terbuka dan terekspos ke publik. Apa yang sedang kita kerjakan dengan mudah diketahui oleh jaringannya. Bahkan kini lokasi kita pun bisa diketahui dengan mudah dengan mainan location-based social network.

Dan lagi keterbukaan ini dilakukan oleh orang itu sendiri dengan kesadarannya sendiri. Seolah mementahkan istilah “privacy”. Jadi kalau ada seseorang menuliskan status atau posting di blog namun mencak-mencak ketika diberi komentar dengan alasan privacy atau “ranah pribadi”, maka silakan tertawakan dia.

Trend jaringan sosial ini makin melonjak dengan semakin mudah & murahnya biaya koneksi ke internet. Dengan ponsel murah pun seseorang sudah bisa terkoneksi dan mulai bermain aplikasi jaringan sosial.

Akhirnya person menjadi tidak personal lagi. Ironisnya adalah adanya orang-orang yang lebay, yang dengan super hiper aktif selalu meng-update statusnya. Istilah kerennya: biar tampak exist. Lalu keterbukaan pun menjadi obsesi.

Ada yang salah? Tidak! Ini memang trend. Tentu saja tetap ada plus dan minus yang harus diperhatikan. Dan saya pikir, seperti halnya mainan-mainan IT yang lain, ini ada masanya. Seperti kata RM Oy Uyo, ini hanyalah “trend sesa[a]t™”. Bisa jadi mainan jaringan sosial ini akan redup. Entah kapan, entah berapa lama lagi. Namun nampaknya sekarang sudah mulai nampak gejala saturasi.

Bisa saja, kelak, di kemudian hari, entah kapan, mungkin dalam waktu dekat, akan timbul sebuah tren atau kampanye “Person/people are personal again”? Siapa tahu tho?

Ujian Konsistensi Menulis Blog

Daku sadar bahwa semakin lama tulisanku di blog ini semakin berkurang, semakin tidak bermutu, dan tidak kaya lagi. Dan tentunya tidak setajam dulu lagi. (emang silet?) Setelah kulihat-lihat para blogger lain (yang seleb/kondang mau pun yang tidak) yang seangkatan ternyata juga tidak lagi seaktif dulu. Bahkan ada yang membiarkan blognya tidak ter-update lebih dari 1 tahun. (Tidak perlulah kutuliskan siapa dia. Tapi Anda bisa tahu jika pernah mengalami masa kejayaan blog-nya) Hiks…

Padahal banyak blogger kondang dulu yang menentang sebutan “tren sesaat” yang dilontarkan oleh seorang pakar telematika jadi-jadian. Tapi justru mereka tampaknya secara tidak sadar membenarkan bahwa blog hanyalah tren sesaat dengan ketidakaktifan mereka di blog dewasa ini.

Bukan hal yang aneh sebenarnya. Karena kini sudah banyak mainan baru di internet setelah era blog. Mulai dari mini-blog, twitter, dan banyak tools jejaring sosial seperti multiply, facebook, hi5, dll. Dan mainan-mainan baru ini semakin mudah, kreatif, dinamis dan kaya jika dibandingkan dengan blog. Apakah ini berarti era blog mulai terbenam?

Daku adalah salah satu yang merasa tertantang untuk membuktikan bahwa blog itu tidak akan mati. Dan blog bukanlah tren sesaat. Seperti halnya email yang tidak pernah mati walau pun bertebaran IM (instan messenger) yang bahkan kini sudah embedded ke dalam situs jejaring. Bahkan dengannya kita sudah bisa berkomunikasi audio & video.

Daku berpendapat bahwa blog itu justru semakin diperkaya. Caranya tentu sangat sederhana dan tidak perlu menentang mainan-mainan baru yang semakin kreatif itu. Justru kita perlu meng-kolaborasikannya ke dalam blog kita. Semakin kreatif kita menggunakan dan mengkolaborasikan tools itu, semakin hebatlah kita (dan blog kita). Tetapi kreatif itu memang tidak mudah ya? Ini jadi tantangan bagi kita semua!

Yang pasti adalah bahwa daku tetap akan konsisten mengisi blog ini walau pun kini sudah semakin sedikit blogger aktif dan juga pengunjung blog. (Oh, jadi tulisan ini ditulis karena semakin sedikit pengunjung blognya tho?) Salah satunya… Tren-nya memang begitu. Tapi tidak akan menyurutkan semangatku! (*lebay dot com*)

Dan daku salut tatkala mendapati beberapa tokoh akademisi (yang justru tidak pernah didaulat sebagai seleb blog) yang tetap konsisten menulis blog. Merekalah yang terus menyemangatiku untuk tetap konsisten menulis. Tetap konsisten untuk belajar menulis!