Motor Terbaik 2006

Motor Plus menggelar Motor Plus Award untuk memberikan penghargaan bagi motor-motor terbaik Indonesia. Bagaimana hasilnya? Silakan simak hasilnya di tabloid Motor Plus Edisi 403 tertanggal 18 November 2006. Sayangnya tabel pemenang ditulis dalam urutan yang tidak enak dinikmati, oleh karena itu kutulis ulang dengan urutan berdasarkan kelas dan kategori, yaitu:

[Jangan lupa baca ulasannya…]

Usulan

Sedikit tambahan dariku, mungkin rentang kapasitas mesin untuk kelas bebek perlu direvisi menjadi 2 kelas saja, yaitu: (1) Bebek kurang dari 125 cc; dan (2) Bebek 125–150 cc. Soalnya dengan rentang yang ditetapkan Motor Plus, maka Suzuki Satria F-150 tidak termasuk dalam penilaian karena tidak masuk dalam rentang Bebek 100–110 cc mau pun 130–135 cc. Sedangkan rentang Bebek 130–135 cc praktis hanya dihuni oleh Kawasaki Kaze ZR 130 dan Yamaha Jupiter MX 135LC. Di kelas ini tentu saja penghargaan diborong Yamaha Jupiter MX. Sedangkan di kelas 125 cc bercokol banyak motor, yaitu: Honda Supra X 125 (dan PGM-FI), Kawasaki Blitz 125 dan Kaze 125, Suzuki Shogun 125 dan Kymco Cevira 125. Lebih asyik jika dijadikan satu menjadi kelas Bebek 125 s/d 150 cc. Aku yakin pertarungan bakal lebih seru karena di kelas ini akan bertarung motor-motor dengan desain keren dan teknologi yang mutakhir.

Produk-produk Dominan

Mari kita lihat produk-produk dominan. Dalam award menurut versi Motor Plus ini, tampak bahwa ada 2 motor yang sangat dominan, yaitu Yamaha Jupiter MX 135LC dan Yamaha Scorpio Z 225. Tidak cukup memborong semua kategori, Jupiter MX juga menyabet gelar Bike of The Year 2006. Cukup mengesankan. Atau karena pertarungan hanya terjadi antara Jupiter MX dengan Kaze ZR?
Sedangkan Yamaha Scorpio Z juga menyabet semua kategori di kelas Sport 200-250 cc. Hmm… kemana Honda Tiger ya? Mungkin banyak penggemar yang kecewa dengan Tiger baru yang di tidak memenuhi harapan para penggemarnya? Bisa jadi begitu. Sedangkan Suzuki Thunder 250 sudah keok beberapa tahun yang lalu.

Oh, iya, kelas motor sport ternyata tidak mencakup kelas 125-200 cc! Padahal di rentang kapasitas mesin ini ada Suzuki Thunder 125 dan Honda Mega Pro 1600 plus pemain yang baru masuk di Indonesia, yaitu Bajaj Pulsar 180 DTS. Di jenis mesin 2-tak juga ada RX King dan Kawasaki Ninja di rentang 125-200 cc. Hemm… sayang ya? Padahal Suzuki Thunder 125 paling laku di rentang kapasitas mesin ini.

Bagaimana dengan Honda? Pemegang dominasi penjualan motor di Indonesia ini tidak sanggup mendominasi kelas Bebek 125 cc karena satu gelar dicuri oleh Kawasaki Kaze 125, yaitu untuk gelar Motor Ramah Lingkungan. Sedangkan di kelas Bebek 100-110 cc Honda tidak menggaet satu pun gelar. Hayo, bagaimana nih?

Bagaimana di kelas Skubek 110-125 cc? Honda merebut 2 gelar lewat Vario, yaitu untuk gelar Teknologi Terbaik dan Ramah Lingkungan. Sedangkan gelar Desain Terbaik direbut Kymco Free LX dan gelar The Best Value direbut Yamaha Mio. Ancaman bagi Mio? Bila sebelumnya Mio adalah raja skubek di Indonesia, maka sekarang pasarnya telah digerogoti Honda Vario dan Suzuki Spin. Jangan lupa dengan ancaman dari Kymco yang menggelar produk anyarnya dan mulai gencar berpromosi terutama untuk Kymco Free LX. Sayang prestasi Kymco ini kurang bersinar padahal Kymco adalah pemain pertama dunia Skubek di Indonesia. Tapi yang pasti Kymco cukup bergembira karena mencuri satu gelar, yaitu gelar Desain Terbaik.

Yang menyedihkan adalah Yamaha Nouvo Z karena seolah tidak diunggulkan dan nyaris ditinggalkan Yamaha sehingga pada akhirnya tidak memperoleh penghargaan sedikit pun. Selain itu juga Suzuki Spin yang kinerja promosi dan penjualannya kurang. Seolah skubek dari Suzuki ini hanya sekedar penggembira saja sekaligus hanya pelengkap variasi jenis produk Suzuki.

Yang cukup menggelitik adalah adanya gelar Local Design Bike 2006. Ya jelas saja disambar Kanzen Taurus. Lha wong baru ada 1 produk yang benar-benar didesain secara lokal. Mungkin tidak sih kalau Honda, Yamaha, Suzuki dan produsen motor lain membuat model yang benar-benar desain lokal? Maklum, soalnya selama ini model yang beredar di Indonesia adalah hasil desain dari luar. Yah… paling tidak kita harus mengapresiasi produk buatan dalam negeri ini.

Kesimpulan

Langkah Motor Plus yang mengadakan Motor Plus Award 2006 ini patut diacungi jempol. Namun begitu, dari edisi 403 yang memuat pengumuman penghargaan ini, tidak jelas tercantum motor-motor apa saja yang ada di rentang kelas yang ada sehingga kita tidak tahu siapa saja yang berkompetisi di kelas tersebut. Demikian juga dengan pembuatan kelas motor, kayaknya kurang afdol dan malah ada beberapa motor yang dilupakan dan tidak dikelaskan sehingga tidak ada kelas penghargaannya.

Mungkin karena hajatan ini adalah hajatan pertama Motor Plus sehingga masih banyak kekurangan di sana-sini. Tetapi dengan berjalannya waktu dan makin banyaknya pengalaman dan pengetahuan, diharapkan tahun depan dapat terselenggara award yang lebih baik lagi.

Salam.