Jika Tuhan Kita Memang Sama

M : Mengapa kamu sering posting tentang perbedaan agama? Bukannya Allah kita sama? Fokuslah pada persamaannya!

D : Eh, memangnya ada persamaannya?

M : Ya pasti! Karena Allah kita kan sama, tentu banyak ajaran yang sama!

D : Aku sih tidak percaya tuhan kita sama. Karena menurutku, ajaran agama kita lebih banyak perbedaannya bahkan pertentangannya dari pada persamaannya.

M : Nah, itu karena kamu hanya fokus pada perbedaannya. Cobalah sekali-kali mencari tentang persamaannya!

D : Baiklah kalau begitu. Saya coba ajak kamu cari persamaannya. Jika ketemu, maka memang tuhan kita sama. Tapi jika tidak ketemu, maka kita harus tarik kesimpulan kalau tuhan kita beda.

M : Setuju!

D : Oke, untuk soal pertama, tolong carikan persamaan ayat berikut ini di kitabmu :

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 22:36‒40).

D : Soal kedua, tolong carikan pula persamaan ayat berikut ini di kitabmu :

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Matius 5:44).

Catatan : Dialog ini sungguh terjadi kepada beberapa teman. Ada 3 sikap yang ditunjukkan oleh beberapa teman, yaitu :

  1. Mencari di kitabnya dan tidak ketemu. Kemudian hatinya mulai bimbang.
  2. Mencari di kitabnya dan tidak ketemu. Tapi dia berkata bahwa apa pun yang terjadi tidak akan mengubah keyakinannya.
  3. Tidak mencarinya sama sekali dan masa bodoh. Dia menegur saya hanya karena tidak ingin saya menuliskan pendapat saya tentang perbedaan ajaran agamanya.

Disclaimer:
Teman-teman terkasih. Saya menuliskan hal ini bukan karena saya punya rasa benci terhadap Anda. Bukan! Bukan pula upaya saya untuk Kristenisasi (atau Katolikisasi. Jelas untuk menjadi Katolik itu tidaklah mudah). Namun ini upaya saya dalam mengasihi Anda semua dengan menunjukkan bahwa ajaran Kristus itu benar dan berisi tentang kasih. Dan ajaran Anda justru bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus.

Jika seolah saya tidak ada empatinya sama sekali di tengah krisis wabah Corona malah melempar polemik agama, menurut saya justru sekaranglah saat yang sangat tepat bagi saya untuk mewartakan Injil. Jika saya tidak selamat, maka tugas saya untuk mewartakan Injil Kristus telah saya lakukan walau pun dengan segala keterbatasan. Mengenai hasilnya, hanya Tuhan Yesus lah yang akan menilainya.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.