Seyogyanya

Tidak terasa, rupanya daku sudah lama tinggal di perantauan (hayah, lebay banget yak?). Di perantauan ini daku sangat jarang mendengar perbincangan dalam bahasa Jawa. Kalau pun ada, mungkin sangat jarang dan terlalu sedikit kosa kata bahasa Jawanya. Dan saat daku menulis-nulis, kemudian daku teringat beberapa kata yang dulu sering terdengar tapi sekarang nyaris tidak pernah terdengar lagi, yaitu: “seyogyanya”, “mbok-yao”, “nggih”, dll.

Kalau tidak salah, kata “seyogyanya” ini dulu sempat populer di Indonesia, baik dalam tutur kata mau pun tulisan di media. Dulu kata ini sering diucapkan oleh para pejabat yang sedang kotbah pidato. Arti sebenarnya daku sendiri ngga jelas, tapi kurang lebih maknanya secara konteks berarti suatu himbauan. Demikian pula dengan “mbok yao” yang berarti “ya seharusnya…”

Kata “seyogyanya” ini dulu sempat menjadi guyonan karena dicurigai kata ini berasa dari kata “Yogya” alias Jogjakarta. Sehingga saat kami sekeluarga pernah tinggal di Tegal, Pemalang dan Semarang, kami sering becanda dengan “Setegalnya”, “Sepemalangnya” atau “Sesemarangnya.” Hihihi… garing ya?

Hem… rupanya bahasa asli Indonesia, yaitu Bahasa Jawa sangat kaya. Coba saja cari terjemahan ke bahasa Indonesia dari kata “kunduran”, pasti menjelaskannya dalam Bahasa Indonesia bakal panjang lebar. Hihihi… Semoga saja Bahasa yg kaya ini tidak punah tergerus bahasa asing atau pun bahasa slank.

20 pemikiran pada “Seyogyanya

  1. Saya masih sering menggunakan kata “seyogyanya” dalam berbagai kesempatan diskusi atau presentasi.

  2. Setuju Mas Dewo …
    beberapa ungkapan itu tidak bisa dijelaskan dengan satu kata …
    musti beberapa kata …
    beberapa saya sempat bahas di Blog saya …

    salam saya Mas Dewo

    • @Pak Trainer,

      Akan daku baca blog-nya, Pak. Iya, ternyata Bahasa Jawa ini kaya kosa katanya. Selain dari perbedaan “kehalusan”, juga banyak kata yg belum ada padanannya secara langsung di bahasa Indonesia. Sehingga kadang2 langsung diserap ke Bahasa Indonesia.

      Salam.

    • @Rivanlee,

      Hem, kalau tidak salah artinya adalah “seharusnya”, tapi lebih halus. Secara konteks mungkin bisa diartikan sebagai himbauan. Mungkin bisa dibilang ini adalah kata yang sangat diplomatis.

      CMIIW

      Salam.

  3. Itu lho paragraf terakhir postingan di atas tertulis bahasa asli Indonesia yaitu bahasa jawa . . . .

    Setahuku bahasa Indonesia diambil dari bahasa melayu.

    • @Fitri,

      Kalimat ini:

      Hem… rupanya bahasa asli Indonesia, yaitu Bahasa Jawa sangat kaya. …

      Bukan berarti bahwa Bahasa Indonesia “berasal” dari bahasa Jawa. Kalimat ini berarti bahwa Bahasa Jawa itu bahasa asli dari Indonesia. Semoga komen ini dapat menjelaskan kesalahpahaman ini.

      Salam.

  4. Seyogyanya itu mungkin artinya semestinya, atau selayaknya atau akan lebih tepat jika, atau alangkah baiknya… Kayaknya gicu ya..?

  5. umh… seyogyanya…
    menurut dosen saya saat mengikuti bimbingan karya ilmiah.. kata ini adalah salah satu kata tingkat tinggi.. 😀 dan ini sangatlah disarankan untuk digunakan… dibanding dengan kata “seharusnya” yang menjadi maksud dari kata tersebut.

    salam hangat ianx

  6. salah mas, beda sekali menurut saya. yang benar memang “selayaknya”
    seharusnya adalah sesuatu yang musti dilaksanakan, dan kalau ga dilaksanakan akan fatal akibatnya,,contoh : andi terjatuh saat mendahului dari kiri mobil, “seharusnya” dia lewat sisi kanan mobil,
    -dan apabila suatu pekerjaan menghambat pekerjaan pihak 2, semisal ada batu di kedalaman 6 meter, “seyogyanya” bapak selaku pihak 1 bisa menyadarinya karena sudah tidak bisa dilakukan lagi, dan bisa dihentikan

    hayoooo,iya gak???

  7. tak sengaja terdampar di bloq ini 😀

    Maaf, mau meralat kesalahan (yang jamak) ini. Sebenarnya bukan “seyogyanya”, namun “seyogianya”. Dari kata dasar “yogia”, yang berarti layak, patut, baik.

    Jadi TIDAK ADA SAMA SEKALI HUBUNGANNYA dengan nama salah satu kota di Pulau Jawa. Sebab itu, tak perlu iri karena tidak ada “setegalnya”, “sepemalangnya” atau “sesemarangnya”, he he he

    Salam

  8. Klo tidak salah, seyogyanya memberi asumsi bahwa bila melakukan hal tersebut akan menjadi tindakan yang lebih mulia. Kalau seharusnya, kan seperti disuruh / wajib. Padahal arti kata ini kan cuma himbauan saja. Menurut dosen saya yang kuliah di perancis jurusan bahasa. Bahasa indonesia itu adalah bahasa muda. Maka dari itu banyak sekali mencomot istilah asing, maupun istilah dalam negeri ( seperti bahasa daerahnya sendiri ) kata kursi pun kalau tidak salah bukan bahasa indonesia – dari india atau arab gitu. Memang kita masih satu rumpun dengan bahasa melayu yang dipakai di malaysia. Jadi kalo kita baca koran disana, masih mengertilah apa isinya. Sama dengan bahasa perancis dan spanyol ( klo tidak salah, menurut dosen saya itu )
    Bahasa indonesia ini kan, menurut sejarah, diadakan untuk mempersatukan indonesia. Kan susah juga kalo tidak punya bahasa yang dimengerti semua suku di indonesia. Kalo tidak ada bahasa ini, mungkin banyak orang yang jadi penerjemah, bahasa daerah A ke daerah B.
    Thx pembahasan seyogyanya, akan saya pakai untuk materi tulisan saya.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.