Bekerja Tanpa Mouse

Rupanya saya lupa bawa mouse, ketinggalan. Sudah beberapa kali ketinggalan sih. Saat ketinggalan seperti ini baru terasa kalau selama ini sangat tergantung pada mouse. Sudah beberapa kali mencoba membiasakan diri pakai touchpad dan touchscreen, namun saya lebih terbiasa pakai mouse. Saya merasa pakai mouse lebih lincah dalam bernavigasi.


{ Gambar dipinjam dari Wikipedia }

Kalau saya lihat, teman-teman programmer lain juga masih banyak yang menggunakan mouse. Padahal laptop yg dipakai sudah punya touchpad (atau pointing stick), bahkan touchscreen. Nampaknya piranti yang telah cukup berumur ini (sejak 1965) masih sangat dibutuhkan oleh banyak orang (termasuk saya).

Programmer Peramal

Sebagai seseorang yang berangkat dari latar belakang programmer dan developer, daku mesti banyak menganalisa masalah dan memecahkannya, tidak hanya di lapisan non teknis tapi sampai ke penelusuran teknis di programnya juga. Tidak jarang harus menganalisa code yang dibuat oleh orang lain, dan yaaa… itu pekerjaan yang sangat sulit karena kita harus mencoba memahami jalan pikiran orang dari kodenya untuk menangkap alur logikanya.

Di satu sisi, ada sesuatu yang menantang, yaitu memprediksi apa yang akan terjadi jika susunan kode atau alur logikanya seperti itu. Karena pemikiran orang tentu berbeda dengan jalan pikiran kita. Seringkali kita harus menjelaskan bahwa kodenya bermasalah, atau berpotensi menimbulkan masalah. Dan itu tidak bisa diutarakan jika tanpa bukti nyata. Kita harus bisa memprediksi potensi kemungkinan kesalahan dari kode sekaligus bisa membuktikannya dalam simulasi. Tidak mudah kan?

Karena jika argumen yang kita utarakan tidak bisa disimulasikan kebenarannya yang membuktikan bahwa sebuah algoritma orang lain itu salah, maka seolah kita hanya seorang peramal yang bisa dibilang tidak ada dasar teknisnya sama sekali. Tapi membuktikannya dalam sebuah simulasi sungguh sangat sulit karena sama saja kita berupaya membuktikan prediksi kita dan meruntuhkan algoritma orang.

Ah mumet deh…

(*ini curhatku, mana curhatmu?*)

Anak Kecapaian

image

Ini adalah foto yang daku ambil (*curi tepatnya, karena tidak minta ijin*) di sebuah mall. Sebelumnya Sang Anak sempat membuat pengunjung mall kaget, terlebih diriku yang saat itu ada di dekatnya. Balon Sang Anak pecah entah mengapa, dan membuat suara ledakan yang dahsyat. Untungnya jantungku sehat, demikian juga dengan jantung banyak orang di dekatnya. Sang Anak melongo dengan mata berkaca-kaca. Daku yakin dia pun sangat terkejut.

Sang Anak pun kemudian digendong kakaknya (*mungkin itu kakaknya*). Sementara Si Ibu tetap lahap meneruskan makannya. Sang Kakak menggendong Sang Anak agak lama sampai Sang Anak terkantuk-kantuk. Sementara Si Ibu terus melahap makannya yang di mataku kok sepertinya tidak habis-habis. Daku iba juga dengan Si Kakak yang kurus namun harus menggendong adiknya yang gendut itu. Hingga akhirnya Sang Anak pun tertidur. Itu berarti saatnya Sang Kakak bisa duduk sambil tetap menggendong adiknya.

Baca selebihnya »

e-Toll Card

Prihatin deh kalau sering kena macet di pintu gerbang toll. Seperti tadi sore saat pulang, papan petunjuk menampilkan kalau pintu gerbang toll padat sampai 2 km. Untungnya belum banyak yang pakai e-Toll card, jadi gerbang e-toll card lengang & daku pun bisa nyelonong masuk ke gerbang khusus tersebut. Tapi ada beberapa pertanyaan yang belum sempat kutemukan jawabannya, yaitu:

1. Dimana kita bisa mengetahui saldo akhir kartu ini? Kayaknya tidak ada display saat menempelkan kartu ini di mesin e-toll card. Asmen sih bilang kalau kita bisa ngecek di Indomaret sekalian mengisinya di sana. Weks, di sekitar apartemen adanya Alfamaret, hiks…

2. Ketika kita masuk gerbang e-toll card yang berpalang itu, kemudian menempelkan kartu kita di mesin tapi ternyata saldonya kurang bagaimana? Maju tidak bisa karena terhalang palang, sedangkan mundur juga tidak bisa karena tentu ada antrian di belakang kita. Dan di gerbang khusus ini tidak ada petugas sama sekali. Wah, bakal bikin kemacetan juga nih, hehehe…

3. Ternyata ada kalanya mesin e-toll card tersebut tidak bisa mengeluarkan bukti pembayaran. Memang sih sebagian besar dari kita tidak membutuhkan bukti pembayaran ini, tetapi bagi karyawan tugas luar atau sopir yang dibiayai kantor tentu memerlukan kertas tersebut untuk reimbursement/klaim. Pengalamanku sih baru menikmati beberapa kali saja kertas bukti ini keluar dari mesin. Selanjutnya jarang. Kecuali saat lewat gardu biasa tapi menggunakan kartu, dan kemudian petugas memberikan kertasnya.

4. Apakah bisa kita meminta bukti penggunaan kartu ini? Misalnya setiap bulan kita mencetak penggunaannya, meliputi tanggal-jam, jalur tol & gardu mana, biaya, dll. Kan lumayan tuh bisa untuk reimbursement.

5. Ngisinya bisa lewat e-banking gak ya? Kata Asmen sih bisa via ATM Mandiri. Hiks sayangnya kartu Mandiriku error. Padahal bakal lebih asyik jika bisa didukung oleh bank lain via jaringan ATM Bersama atau Prima.

6. Ngisinya bisa lewat debet pulsa nggak ya? Kan asyik tuh jika penyelenggara e-toll card bekerja sama dengan operator selular untuk fitur pengisian saldo kartu ini. Asyik loh jika bisa, terutama saat di kondisi terjepit seperti poin 2 di atas, hehehe…

Sobat-sobat ada catatan tambahan tentang penggunaan e-Toll Card? Daku sih membelinya pas ditawarin petugas toll saat macet di gardu tapi gardu khusus e-toll card lengang. Langsung saja daku membelinya dan menikmati gardu khusus nan lengang itu, xixixi…

image

Cicak Malang

Pernah menemui seekor cicak yang terjebak di bak cuci piring (sink)? Daku sudah beberapa kali menemuinya. Kali ini Si Cicak ini benar-benar terjebak tidak bisa naik. Mau ditolong dengan diciduk/disendok malah berlarian kesana-kemari dalam bak. Malah bikin gilo saja. Ehm, untuk memegangnya terus terang daku geli, hehehe…

Akhirnya daku biarkan saja setelah beberapa kali mencoba menolongnya. Ternyata sampai besok malamnya masih terjebak juga di situ. Mau ditolong masih memberontak. Akhirnya daku buka penyaring pembuangan air bak sehingga tampak lubang di bawahnya. Kasihan juga sih seandainya cicak tersebut melewati jalur pembuangan itu karena sudah pasti tidak akan tertolong nyawanya. Maklum ini kan di lantai 3 dan tentu jalur pembuangan ini berliku-liku dan entah berakhir dimana.

Nampaknya Si Cicak tahu ada jalur yang terbuka itu dan melongok ke situ. Beberapa kali melongok dan mencoba naik kembali ke bak. Lha malah terjebak di situ. Hayah…

Akhirnya daku takut-takuti sehingga Si Cicak membulatkan tekat turun ke lubang itu. Mungkin Cicak tersebut ada rasa takut juga saat melihat jalur pembuangan itu gelap dan entah berujung dimana. Tapi ketakutannya terhadapku membulatkan tekadnya untuk menerobos jalur itu.

Daaah Cicak, semoga dikau damai di sana (entah dimana).