TV Tuner USB Gadmei

Selama tinggal di kos beberapa bulan memang agak nelangsa. Soalnya tidak bisa nonton TV. Jadi kalau ada kampanye Hari Tanpa TV sih aku oke-oke aja. Lha wong tidak punya TV di kos. Tapi sebenarnya aku juga tidak suka nonton sinetron Indonesia yang jelek-jelek itu. Tapi aku punya acara favorit, misalnya Extravaganza, Republik BBM (sekarang Republik Mimpi), TeamLo, dan acara-acara lucu yang lain. Tidak lupa tentu siaran berita dan MotoGP. Supaya tidak ketinggalan berita dan bisa gaul gitu loh. Masak harus selalu diberitahu ibu lewat sms kalau ada berita gempa sih?

Nah, karena tidak bisa nonton acara-acara favorit itulah membuat aku nelangsa hidup di kos (*** Duh, segitunya… ***). Dulu juga sempat mengeluh ketika harus kos dan tidak bisa menikmati internet. Dan untuk itu bisa diakali pulang ke kos lebih sore 😀 dan menikmati koneksi internet kampus di sore hari. Tetapi ada hikmahnya juga tidak bisa nonton TV dan berinternet ria, yaitu: kerjaan jadi fokus dan produktif serta kreatif dengan banyak nulis blog.

Sampai pada akhirnya pada tanggal 17 Agustus 2006 kemarin aku menghadiahi diriku sendiri sebuah TV Tuner USB Gadmei. Lho? Lha wong yang ulang tahun RI kok yang dapat hadiah aku? Beli hadiahnya sendiri lagi? Hi.. hi.. hi… Dilarang protes.

Beberapa hari selanjutnya bisa menikmati acara-acara TV lagi. Tentu saja tidak untuk nonton sinetron jelek. Lebih asyik lagi karena dapat hibah antena dari Pak Sofian. Wow, antena berbelalai 2 itu cukup peka dan dapat menangkap gelombang TV dengan baik. Alhasil tampilan TV jadi oke. Sedangkan antena berbelalai 1 yang juga dipinjamkan si Bos sudah dikembalikan. Terima kasih ya Bos.

Review

Setelah prakata yang ngalor-ngidul dan tidak serius, akhirnya kita menginjak ke review. Sewaktu membeli kita akan mendapatkan box dengan isi: TV Tuner external USB dan dudukan (stand), remote, kabel USB & audio, kabel extension (konverter), CD dan buku panduan yang sederhana yang bahasanya berantakan.

Bentuk & ukuran fisik TV Tuner ini cukup kecil. Kurang lebih sebesar PDA-nya si Bos (iPaq 6365) walau pun lebih tebal. Tubuhnya terbuat dari plastik (atau mika?) transparan dengan warna lapisan dalam putih. Nampak elegan. Sayangnya tampak ringkih. Kalau jatuh bagaimana ya? Mungkin bakal pecah berantakan.

Pertama culek, eh… colok kabel USB+audio dari TV Tuner ke notebook. Tidak lupa colok juga kabel antena ke TV Tuner. Tidak perlu terlalu repot karena catu daya untuk TV Tuner diambil dari port USB notebook/kompie. Instal driver dan softwarenya. Tekan tombol ON di remote dan… kresek-kresek-kresek.

Lho, kok yang tampil semut berantem? Tenang… Itu karena kita belum nge-tune. Maksudnya belum scan saluran. Caranya gampang. Tekan tombol [S] di keyboard atau tekan tombol bergambar suryakanta (kaca pembesar) di panel program TVR bawaan TV Tuner. Langsung si Tuner melakukan pemindaian (scanning) saluran. Tunggu beberapa saat. Harap sabar. Terutama yang tinggal di Jakarta, karena bakal terdeteksi banyak saluran TV, mungkin bisa antara 12 s/d 15 stasiun.

Asyiknya, setelah terekam salurannya, kita bisa memberi nama saluran sesuai dengan nama stasiun TV. Kalau di kos bisa terdeteksi 15 stasiun. Sayangnya banyak yang tidak jelas, padahal antena sudah diarahkan kemana-mana sampai kecolok mata orang. Nah, kalau ada saluran yang tidak disukai (mungkin karena tidak jelas atau karena jelek), kita bisa menghapus atau mengeset agar tidak ditampilkan.

Kinerja

Kualitas tampilan sangat tergantung antena dan sinyal. Kalau sinyal stasiun kuat dan antena bagus, maka gambar yang dihasilkan sangat bagus. Sedangkan kalau jelek ya bakal jelek tampilannya. Ingat pepatah kompie: garbage in garbage out? Ya seperti itulah.

Tetapi TV Tuner ini menggunakan sumberdaya prosesor. Tidak berdiri sendiri. Jadi bisa mempengaruhi kinerja kompie secara keseluruhan. Memang sih disyaratkan kecepatan prosesor setara Pentium 4 dengan clock 1,8 GHz untuk nonton dan Pentium 4 dengan clock 2,4 GHz untuk merekam acara. Port USB juga harus yang versi 2.0. Saya sendiri belum mencoba menggunakan USB versi 1, apakah ada efek penurunan kinerja atau malah tidak bekerja sama sekali?

Tapi dengan Centrino 753 (Pentium M 1,2 GHz ULV) dan RAM 512MB pada Tablet PC Acer TM C113 TCi, acara tonton menonton masih bisa dilakukan dengan santai. Baru kalau disambi kerja kecepatan Tablet PC jadi kedodoran. Yang kedodoran bukan program kerja, tetapi TV-nya. Mungkin karena prioritasnya diset rendah kali ya? Sehingga sumber daya prosesor lebih banyak dialokasikan ke program lain.

Kalau untuk merekam jadi agak kedodoran. Dari 3 pilihan resolusi (320×240, 640×480, 720×576), untuk menghasilkan rekaman paling lancar (29 fps), kita harus memilih resolusi VGA atau QVGA. Mungkin kalau prosesornya lebih cepat akan lebih baik jika memilih resolusi 720×576 yang sekualitas DVD itu. Supaya bisa merekam VGA dengan lancar, biasanya aku matikan banyak service yang tidak perlu. Termasuk Apache & MySQL. Artinya kalau mau merekam, pekerjaan ditunda dulu. Nah lho! Kalau sudah nonton ya tidak usah direkam dong! Betul. Kurang kerjaan aja. Boros lagi!
Tapi aku juga jarang merekam kok. Habis file hasil rekamannya besar. Sayang harddisk yang spasinya tinggal dikit. Paling tidak aku merekam Moto GP aja. Kebetulan TV7 ditangkap sempurna di kos.

Kesimpulan

Ya sudah, review-nya segitu aja. Tidak perlu terlalu teknis dan panjang. Bisa-bisa malah bikin pembaca bingung. Lha wong aku sendiri aja sering bingung baca tulisanku. Paling tidak cukuplah TV Tuner seharga 340 ribu ini (setelah ditawar dari 350 ribu). Dulu pada tahun 1997 aku malah pernah beli TV Tuner internal seharga 475 ribu. Dulu elektronik memang masih muahal, terutama yang berkenaan dengan kompie. Kelebihan TV Tuner Boser 5 in 1 yang dulu adalah karena punya prosesor sendiri sehingga tidak membebani prosesor kompie. Dulu kompie-nya malah cuma Pentium 133 MHz. Baru kalau untuk merekam kelihatan kedodorannya.

Ya begitulah, akhirnya di kos bisa menikmati acara-acara lucu lagi. Tidak kesepian lagi. Sayang produktivitas dan kreativitas menurun. Buku-buku dan bahan-bahan bacaan yang sudah dikumpulkan dan menunggu dibaca malah jadi terbengkalai. Nasib Kampus Bisnis juga rada terbengkalai. Tapi tentu bukan karena TV Tuner aja, tetapi karena malezzz… Asal jangan proyek terbengkalai ya? Bisa-bisa ngga gajian (emang…).